Film Garapan
Dandhy Dwi Laksono dari Watchdoc mengangkat nama kampung Kesepuhan Cipta Gelar.
Karya – Karya Dandhy dalam bentuk film dokumenter kadang membuat diriku terkesimak
menyaksikan nilai-nilai kemanusiaan. Film Dokumenter karya Dandhy yang menarik
menurutku, pertama Film dokumenter yang menggambarkan perjuangan warga bali
menolak reklamasi, film Teluk Benoa.
Kedua, Film tentang perjuangan ibu – ibu Rembang menolak pertambangan semen
berdiri di kampung demi mempertahankan tradisi untuk menjaga sumber kehidupan, Film
Samin vs Semen. Ketiga, film yang
menggambarkan situasi Yogyakarta semakin hari semakin kekurangan air bersih
akibat pembangunan hotel, Film itu diberi judul Belakang Hotel.
Sumber Youtube |
Saya
tidak pernah bertemu langsung dengan lelaki kelahiran 1976 ini, namun sering
berkomunikasi lewat media sosial twitter. Dia cukup terbuka dengan siapapun
asalkan itu terkait dengan perjuangan untuk orang banyak.
Salah
satu ciri khas dalam membuat film adalah selalu menggunakan pesawat mini atau
pesawat pengintai atau biasa disebut drone untuk merekam landscape suatu
wilayah. Untuk memperlihatkan gambaran keindahan suatu wilayah.
Kesepuhan
Cipta Gelar yang diangkat Dandhy merupakan sebuah kampung secara administratif
berada di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Dalam proses pembuatan film ini,
dandhy tentunya tidak sendiri. Mantan Wartawan RCTI dan SCTV ini dibantu oleh
videografer seperti Suparta Arz, Lendi B Nuriansah dan Indrajati S Atmaja.
Penulis
buku Jurnalisme Invetigasi itu menggambarkan dengan detail konsep kemandirian
kampung yang dibangun oleh Warga Kesepuhan Cipta Gelar. Ada tiga kemandirian
yang tergambarkan dalam film yang berdurasi 45 menit itu yakni Kemandirian
pangan, kemandirian energi dan kemandirian media informasi.
Menurut
salah satu tokoh kampung Yoyo Yogasmana, Kemandirian pangan dibangun secara
turun temurun. Konsep padi adalah sebuah kehidupan sehingga perlu dilestarikan.
Ketika padi dijual maka ibaratnya akan menjual sebuah kehidupan. Setiap manusia
yang ingin hidup harus siap menanam makanan.
Pertanian
yang dikembangkan untuk menanam padi bukan di sawah melainkan ditanam di
ladang. Dalam proses pengerjaannya dikerjakan secara gotong royong mulai dari
proses menanam hingga proses memanen. Selain itu, Warga juga mengembangkan jenis
padi yang mencapai 160 jenis dan sangat menentang dengan jenis varietas padi
yang dibeli dari luar negeri untuk ditanam dalam kampung.
Hasil pertanian
kampung yang berpenduduk kurang lebih 29.000 jiwa itu mencapai 29 lumbung. Waktu
menanam padi hanya sekali setahun tetapi mampu untuk surplus beras hingga 3
tahun mendatang. Salah satu kritikan untuk negeri ini yakni Negeri ini menanam
2-3 kali setahun tetapi suprlus beras hanya mampu bertahan hingga 6-8 bulan
kedepan. Terus Kalau Indonesia Negara Agraris, kenapa impor beras terus saja
terjadi ?. jawabannya bukan dalam film ini melainkan tugas menteri pertanian
untuk memberikan jalan keluar.
Kemandirian
kedua adalah kemandirian energi. Warga mampu menggunakan bahan yang ada untuk
dimanfaatkan menjadi energi seperti listrik tenaga surya dan listrik dari
turbin. Dalam proses pembangunan turbin ini tidak melibatkan kontraktor besar,
melainkan dikerjakan secara gotong royong dengan melibatkan kurang lebih 2000
orang. Listrik ini digunakan warga
sebagai alat penerang, untuk mesin, dan menonton televisi.
Turbin
air sudah sejak lama ditemukan sekitar abad 19 dan digunakan secara luas untuk
tenaga industri sebelum adanya jaringan listrik. Dan untuk kampung Cipta Gelar sendiri baru dikembangkan pada tahun 1996
sebagai pembangkit listrik utama warga. Bahannya mengandalkan air yang melimpah
di kampung. Selain itu, warga harus menjaga kelestarian hutan agar air tetap
terjaga dan listrik terus menyala.
Warga tidak
pernah mengandalkan PLN yang selalu byarpet dan tagihan yang selalu menggila. Dengan modal turbin setiap rumah hanya
mengeluarkan biaya Rp. 20.000 sampai Rp. 30.000 per bulan.
Kemandirian
ketiga adalah kemandirian media informasi yang dikembangkan berupa siaran
televisi. Warga membuat media sendiri dengan menampilkan kegiatan-kegiatan
kampung.
Nama Siaran
CIGA TV singkatan dari Cipta Gelar TV.
Tugas Yoyo Yogasmana sebagai pemegang
siaran tidak hanya sebatas menjual siaran seperti halnya Abu Rizal Bakrie, Chairul
Tanjung atau Hary Tanoe, tetapi juga berkeliling kampung untuk memperbaiki
televisi yang jaringannya kurang bagus.
Menurut
Yoyo, perbedaan Televisi Swasta dengan CIGA TV, siaran televisi swasta tidak
bisa di request sedangkan CIGA TV menerima requst warga. Misalnya permintaan
untuk memutarkan siaran panen padi, namun request itu dijadwal waktu tanyangnya
karena banyak sekali warga yang request.
Itu pelajaran
singkat yang dapat dipetik dari film dokumenter Dandhy Laksono berjudul
Kesepuhan Cipta Gelar. Gambaran sebuah pembangunan kampung untuk menuju
kemandirian energi, pangan dan media informasi. Sebuah bentuk pembangunan
kampung yang sangat baik jika diterapkan oleh BPMD Kabupaten Kota Se Sulawesi
Tenggara dalam memanfaatkan Alokasi Dana Desa (ADD) kedepan. Para Pendamping Desa
harus belajar dari Kampung Cipta Gelar dalam mengembangkan potensi dalam
kampung demi mensejahterakan masyarakat. Bukan malah sebaliknya mengandalkan
pihak luar yang ujung-ujungnya memasukkan investor untuk merusak alam dan
budaya masyarakat.
Link Film Kesepuhan Cipta Gelar
No comments:
Post a Comment