Ilustrasi |
Tiga hari yang lalu time meliput
pernyataan Sekjen PBB Antonio Guterres yang mengatakan, pada tahun 2050 permintaan air
akan meningkat sebesar 40 persen dan seperempat populasi dunia akan kekurangan
air bersih.
Politisi asal Portugal yang
beraliran sosialis itu melihat ketegangan pada akses air bersih mulai meningkat
di berbagai wilayah. Guterres melanjutkan tanpa pengelolaan air bersih yang efektif,
maka sengketa antar masyarakat dengan swasta terjadi dan akan meningkatkan ketegangan
antar Negara.
Evo Morales, Presiden Bolivia yang
memimpin pertemuan tersebut mencatat, sejak tahun 1947 telah terjadi 37 konflik
antar negara yang terkait dengan air bersih.
Evo, pemimpin pertemuan tersebut juga memprediksi, jika pola komsumsi masyarakat terus berlanjut, dua
pertiga populasi dunia akan menghadapi kekurangan air bersih pada tahun 2025. Saat
ini, lebih dari 800 juta orang kekurangan akses terhadap air minum dan
lebih dari 2,5 miliar tidak memiliki sanitasi dasar.
Terakhir Evo menegaskan ketersediaan air bersih yang terbatas merupakan tanda pentingnya untuk mengatasi masalah ini
dan memastikan bahwa akses terhadap air bersih untuk semua, agar tidak terjadi konflik domestik
atau international .
Cerita Antonio Guterres dan Evo
Morales bukanlah hal baru. Aktivis Perempuan Vandana Shiva pada tahun 2002, melalui
bukunya yang berjudul Waters Wars;
Privatization, Population and Profit telah memprediksi akan terjadi water wars atau
perang air kedepan.
No comments:
Post a Comment