Sunday, October 30, 2016

1.853 Bencana Akibatkan 351 Tewas Selama 2016



Ilustrasi


Menguatnya la nina dengan intensitas lemah,  dipole mode negatif dan hangatnya suhu muka air laut di perairan wilayah Indonesia telah memberikan dampak meningkatnya becana hidrometeorologi. Sejak januari hingga oktober 2016, data sementara telah terjadi bencana 1.853 kejadian bencana.



Data ini adalah data sementara yang dihimpun Pusat Pengendali Dan Operasi Penanggulangan Bencana BNPB. Belum semua data bencana di BNPB dikirimkan. Namun 1.853 kejadian bencana ini cukup besar. Lebih banyak daripada kejadian sebelumnya pada tahun 2012 ada 1.811 bencana. Tahun 2013, ada 1.674 bencana dan tahun 2015 ada 1.732 bencana. Sedangkan tahun 2014 terdapat 1.967 bencana. Diperkirakan jumlah bencana selama tahun 2016 akan lebih banyak dibandingkan tahun 2014.



Hingga oktober 2016 dari 1.853 kejadian bencana sekitar 89 persen adalah bencana hidrometeorologi yaitu dipengaruhi oleh cuaca seperti banjir, longsor, putting beliung dan gelombang pasang. Sisanya 9 persen adalah kebakaran hutan dan lahan, dan 2 persen bencana geologi yaitu gempa bumi dan erupsi gunung api.



Dampak bencana hingga oktober 2016 dari terdapat 351 jiwa tewas. Longsor adalah bencana paling banyak mematikan yang telah menyebabkan 149 jiwa tewas. Kemudian bajir menyebabkan 130 jiwa tewas dan kombinasi banjir dan longsor menyebabkan 45 tewas. Selain itu bencana telah menyebabkan 2,4 juta jiwa menderita dan mengungsi. 5.221 rumah rusak berat, 6.073 rumah rusak sedang. 18.441 rumah rusak ringan dan ratusan ribu rumah terendam banjir.



Dari sebaran kejadian bencana, Provinsi Jawa Tengah paling banyak kejadian yaitu 456 kejadian, kemudian Jawa Timur 298, Jawa Barat 256, Kalimantan Timur 174, Aceh 70, Sumatera Barat 69 dan lainnya. Hampir semua Provinsi di Indonesia mengalami bencana selama tahun 2016.



Seiring meningkatnya curah hujan maka bencana akan meningkat pula. Puncak kejadian diperkirakan berlangsung antara desember 2016 hingga februari 2017. Daerah yang rawan banjir, longsor dan angin puting beliung berpotensi tinggi mengalami bencana. Resikonya tinggi karena kerentanan juga masih tinggi sementara itu kapasitas masih terbatas.



Cuaca ekstrem yang bersifat lokal seperti yang telah terjadi di Garut dan Bandung dapat terjadi dimana saja. Terlebih lagi uap air dari selatan jawa masih berlimpah karena hangatnya suhu muka air laut ssamudara hindia di selatan jawa. Banjir banding dapat terjadi dimana sajasaat muncul hujan ekstrem. Kritisnya daerah aliran sungai, minimnya kawasan resapan air, tingginya degradasi lingkungan dan banyaknya pemukiman yang berkembang di daerah rawan bencana menyebabkan daerah makin rentan menghadapi bencana.



Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesiapsagaannya. Cermati peringatan dini cuaca dari BMKG. Perhatikan kondisi di sekitar yang dapat berpotensi menimbulkan bencana. Bencana terjadi saat kita tidak siap.



Sutopo Purwo Nugroho

Kepala Pusat DATA DAN Informasi dan Humas BNPB

No comments:

Post a Comment

Kebijakan dan Dampak Virus Corona di Indonesia

Ilustrasi Kekuatan ekonomi China sangat luar biasa di dunia saat ini. Kebangkitan ekonomi China bahkan mengalahkan Amerika Serikat. ...