Ilustrasi |
Sejak masuk bulan November, Park Geun – Hye, Trump dan Ahok menjadi perbicangan dunia. People power protes kepemimpinan mereka. Kasus Park Geun – Hye, Presiden ke 11 Korea Selatan itu bersama teman dekatnya Choi Soon – Sil (60 thn) dianggap melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme dalam memeras pengusaha untuk kepentingan yayasanya.
Aksi (12/11) kemarin dianggap terbesar
sejak tahun 1990an di Korea Selatan. Massa melakukan relly aksi yang ketiga
kalinya dalam sepekan. Jumlah massa pun sangat besar sekali mencapai 170.000
orang menurut pihak keamanan. Namun, panitia mengklain menurunkan jutaan orang.
Aksi bukan hanya terjadi di Ibukota Seoul tetapi juga di kota – kota lainnya.
Ahok juga pernah diminta mundur oleh
warga DKI Jakarta karena asisten pribadinya, Sunny dianggap mengumpulkan dari
para pengembang untuk kepentingan yayasan pendukung ahok dalam menghadapi
Pilkada Jakarta. Sunny berkali-kali diperiksa KPK, namun ternyata mampu bebas
dari tuduhan. dan kasusnya tidak pernah terdengar lagi sampai sekarang.
Massa yang turun menuntut depan KPK tidak
sebanyak dengan massa yang menuntut Presiden Korea Selatan mundur dari jabatannya.
Tapi massa di Jakarta sempat bentrok dengan pihak aparat keamanan. Tapi begitulah
kita ini bangsa pemaaf, kasus seperti itu masih dianggap sebagai praduga tak
bersalah dan Sunny pun bebas sampai sekarang.
Kasus Trump berbeda dengan kasus Presiden
Park Geun-Hye. Trump didemo oleh massa karena dianggap terlalu rasis. Ribuan massa
turun ke jalan pasca Trump ditetapkan jadi presiden AS. Massa yang menolak
kepemimpinan Trump tersebar diberbagai kota di AS.
Asal muasal penolakan itu muncul ketika Trump
dalam kampanyenya blak-blakan menolak imigran dari Mexico yang mencari
kehidupan di negaranya. Selain itu, Trump terang-terangan kampanye untuk
melarang islam masuk AS. Kalaupun masuk harus diberi KTP khusus. Intinya mulut Trump
ketika bicara depan publik seolah tiada henti untuk caci maki dan kata kasar
untuk jatuhkan lawan politiknya demi memenangkan pertarungan.
Ahok pun mirip Trump yang kadang kasar
dan caci maki di publik. Mungkin masih ingat aksi 411 yang menurunkan massa
jutaan orang tumpah di jalan – jalan utama di pusat ibukota Jakarta. penyebabnya tidak lain karena Ahok dianggap rasis
setelah mencoba mempengaruhi publik dengan menjelekkan kitab agama lain. Cara ahok dan Trump
sama-sama berkata rasis dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan
kekuasaan.
Ya begitulah kalau pemimpin kadang tidak
mengenal cara bertutur yang baik dan sopan dan menghormati perbedaan. Dan ketika
berkuasa memanfaatkan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari hasil
kedekatan pengusaha.
Jika ingin menjadi pemimpin yang baik dan
dihargai dan disanjung masyarakat harus menciptakan prilaku yang kontra dengan
prilaku Trump, Park Geun-Hye dan Ahok. Pemimpin santun seperti Obama dan Jokowi
patut kita contoh, bukan seperti ketiga pemimpin diatas yang menimbulkan people
power di negaranya.
No comments:
Post a Comment