Saturday, November 12, 2016

Kasus Park Geun Hye dan Trump mirip Kasus Ahok



Ilustrasi

Sejak masuk bulan November, Park Geun – Hye, Trump dan Ahok menjadi perbicangan dunia. People power protes kepemimpinan mereka. Kasus Park Geun – Hye, Presiden ke 11 Korea Selatan itu bersama teman dekatnya Choi Soon – Sil (60 thn) dianggap melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme dalam memeras pengusaha untuk kepentingan yayasanya.

Aksi (12/11) kemarin dianggap terbesar sejak tahun 1990an di Korea Selatan. Massa melakukan relly aksi yang ketiga kalinya dalam sepekan. Jumlah massa pun sangat besar sekali mencapai 170.000 orang menurut pihak keamanan. Namun, panitia mengklain menurunkan jutaan orang. Aksi bukan hanya terjadi di Ibukota Seoul tetapi juga di kota – kota lainnya.

Ahok juga pernah diminta mundur oleh warga DKI Jakarta karena asisten pribadinya, Sunny dianggap mengumpulkan dari para pengembang untuk kepentingan yayasan pendukung ahok dalam menghadapi Pilkada Jakarta. Sunny berkali-kali diperiksa KPK, namun ternyata mampu bebas dari tuduhan. dan kasusnya tidak pernah terdengar lagi sampai sekarang.

Massa yang turun menuntut depan KPK tidak sebanyak dengan massa yang menuntut Presiden Korea Selatan mundur dari jabatannya. Tapi massa di Jakarta sempat bentrok dengan pihak aparat keamanan. Tapi begitulah kita ini bangsa pemaaf, kasus seperti itu masih dianggap sebagai praduga tak bersalah dan Sunny pun bebas sampai sekarang.

Kasus Trump berbeda dengan kasus Presiden Park Geun-Hye. Trump didemo oleh massa karena dianggap terlalu rasis. Ribuan massa turun ke jalan pasca Trump ditetapkan jadi presiden AS. Massa yang menolak kepemimpinan Trump tersebar diberbagai kota di AS.

Asal muasal penolakan itu muncul ketika Trump dalam kampanyenya blak-blakan menolak imigran dari Mexico yang mencari kehidupan di negaranya. Selain itu, Trump terang-terangan kampanye untuk melarang islam masuk AS. Kalaupun masuk harus diberi KTP khusus. Intinya mulut Trump ketika bicara depan publik seolah tiada henti untuk caci maki dan kata kasar untuk jatuhkan lawan politiknya demi memenangkan pertarungan.

Ahok pun mirip Trump yang kadang kasar dan caci maki di publik. Mungkin masih ingat aksi 411 yang menurunkan massa jutaan orang tumpah di jalan – jalan utama di pusat ibukota Jakarta. penyebabnya tidak lain karena Ahok dianggap rasis setelah mencoba mempengaruhi publik dengan menjelekkan kitab agama lain.  Cara ahok dan Trump sama-sama berkata rasis dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan.

Ya begitulah kalau pemimpin kadang tidak mengenal cara bertutur yang baik dan sopan dan menghormati perbedaan. Dan ketika berkuasa memanfaatkan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari hasil kedekatan pengusaha.

Jika ingin menjadi pemimpin yang baik dan dihargai dan disanjung masyarakat harus menciptakan prilaku yang kontra dengan prilaku Trump, Park Geun-Hye dan Ahok. Pemimpin santun seperti Obama dan Jokowi patut kita contoh, bukan seperti ketiga pemimpin diatas yang menimbulkan people power di negaranya.

No comments:

Post a Comment

Kebijakan dan Dampak Virus Corona di Indonesia

Ilustrasi Kekuatan ekonomi China sangat luar biasa di dunia saat ini. Kebangkitan ekonomi China bahkan mengalahkan Amerika Serikat. ...