Saturday, November 12, 2016

Cerita Pekerja Asing Di Warung Makan




 
Ilustrasi. sumber senisemprot.wordpress.com
Beberapa hari yang lalu, saya diajak teman jalan-jalan di permandian alam Moramo. Setelah kami pulang tidak lupa singgah makan malam di sebuah warung di Landipo, Kecamatan Moramo, Konawe Selatan. Menunggu persiapan makanan disajikan ibu-ibu penjaga warung. Ibu Mirna namanya, bukan nama asli. Ia sudah setengah tua kira-kira antara 45 – 50 tahun.

Mirna bercerita bahwa warungnya banyak dikunjungi orang asing. “buruh darimana bu ?” tanyaku. “buruh dari China nak” jawab si ibu.

Buruh dari negeri China itu sebagian kontrak rumah di Moramo dan sebagian pulang balik Moramo ke Kota Kendari. Sebagian masyarakat pun senang dengan kedatangannya karena telah menjual lahan-lahan perkebunan mereka dengan harga tinggi. Setiap kepala keluarga yang memiliki lahan diberi uang minimal 100 juta bahkan ada yang dapat milliaran rupiah. Para pemilik lahan dan mafia tanah kaya mendadak gara-gara penjualan lahan itu.

“untuk apa lahan itu ?” tanyaku. “smelter katanya nak” jawab si Ibu. Smelter semacam pabrik pengolahan nikel. “apa nama perusahaannya, bu ?” tanyaku kembali. “tidak kutau nak”.

Melalui hpku coba share informasi terkait itu, ternyata media okezone.com (31/08/2015) memberitakan pertemuan Kementerian Perindustrian dengan Investor asal china untuk bangun smelter nikel di Konawe Selatan.

Pihak Kementerian diwakili dirjen industri logam, mesin dan alat transportasi dan elektronika, I Gusti Putu Suryawirawan. Pihak dari investor diwakili Bank Of China dan perusahaan Shaanxi Wingwang Investment Holding Co.Ltd. kemungkinan perusahaan ini yang investasi di Landipo, Kecamatan Moramo, Konawe Selatan.

“Berapa banyak pekerja asing dari China yang bekerja di perusahaan itu, bu” tanyaku. “saya tidak jumlah persisnya tapi puluhan yang sering makan disini, nak’ jawab si ibu. Dia rupanya tidak mengetahui pasti jumlah pekerja asing yang bekerja di Landipo, Moramo.

Saya kembali membuka hpku untuk mencari berita terkait jumlah pekerja asing di Landipo, Moramo. Mbah google tidak bisa memberikan data yang pasti. Berita terkait keberadaan pekerja asing hanya satu kali, itupun kasus pekerja asing illegal.

ZonaSultra.com (20/09/2016) memberitakan tiga pekerja asing asal China ditangkap pegawai migrasi kelas 1 kendari karena dianggap aturan keimigrasian. Nama pekerja asing yang ditangkap yakni Wang XChao, Zhou Hui dan Luo Whenshui.

Menurut Ibu Mirna, kedatangan para pekerja asing tentunya akan membuat laris makanan yang dijual selama ini. Tapi dampak kedepannya terhadap masyarakat banyak akan lebih parah karena tanah mereka sudah dimiliki. Begitupun pekerja biasanya perusahaan asal china menyiapkan sendiri tenaga kerjanya mulai dari tukang masak hingga pekerja professional. Jadi selain masukan modal sekaligus masukan manusianya. Situasi ini dapat menimbulkan kecemburuan sosial terhadap masyarakat lokal.

Makanan sudah jadi dan siap untuk disajikan. Kamipun berhenti berbicara sejenak. Menu makanannya lumayan enak, ayam dan ikan bakar. Harganya pun sudah standar restoran kendari sebesar Rp.25.000 per porsi.

Setelah selesai makan, saya memesan segelas kopi sambil merokok. Si ibu kembali duduk dibangku depan kami dan perbicangan kami lanjutkan. Si Ibu kembali mengeluhkan banyaknya orang asing yang masuk ke Sulawesi Tenggara. Ia pernah naik pesawat dari Makassar dan dalam pesawat ada ratusan pekerja asing dari China masuk kendari.

Menurut pihak bandara, pekerja asing itu akan menuju Marowali dan Konawe, Kecamatan Marosi dan Bondoala. “mereka katanya akan bekerja di perusahaan tambang.

Menurut data Bisnis.com (29/05/2015), Perusahaan pengolahan hasil tambang (smelter) yang banyak mengundang orang asing masuk ke Marowali adalah PT Sulawesi Mining Investment (SMI). SMI merupakan perusahaan gabungan antara B*ntang De*apan Group dengan Investor asal China, Tsingshan, anak usaha Dingxin Group. Jumlah orang yang bekerja saat ini mencapai 5.000 orang dan tenaga kerja akan terus bertambah  hingga 2017 menjadi 12.000 orang.

Perusahaan smelter yang beroperasi di Morosi dan Bondoala, Konawe Selatan adalah Perusahaan asal China, Virtue Dragon Nickel Industry. Data yang dhimpun ZonaSultra.com (21/07/2016) melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Konawe menyebutkan pekerja asing sebanyak 414 orang, lebih banyak dibandingkan pekerja lokal yang hanya 246 orang. dan data itu baru yang dilaporkan, Dinas Tenaga Kerja belum melakukan pengecekan langsung di lapangan.

Soal data jumlah pekerja asing memang belum ada data pasti sampai saat ini. Namun, Kepala Kantor Hukum HAM Sultra, Ilham Djaya melalui media antara.com (29/01/2016) pernah menyebutkan sebanyak 6.000 pekerja asing yang beroperasi di Sulawesi Tenggara. Data ini masih perlu verifikasi lagi, 10 bulan terakhir makin gencar pekerja masuk ke sultra melalui Bandara Haluoleo.

Kedatangan para pekerja asing asal china tidak lain untuk membangun smelter perusahaan tambang. Kebijakan pembangunan smelter itu tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang melarang perusahaan tambang untuk mengekspor bahan mentah tambang ke luar negeri. Semua perusahaan tambang diwajibkan membangun smelter.  Tujuan dari pembangunan smelter untuk meningkatkan harga hasil tambang dan tentunya akan meningkatkan pendapatan Negara kedepan.

Yang menjadi pertanyaan kemudian, apakah pekerja asing itu hanya sebatas membangun smelter atau akan tinggal selamanya di Sulawesi Tenggara ?.

Setelah menjelaskan jumlah dan asal usul pekerja asing yang masuk ke Sulawesi Tenggara, saya kembali serumput kopi hitam yang disajikan Ibu Mirna. Ibu mirna kembali mengulangi kekwatirannya terhadap deskriminasi perusahaan tambang asing itu terhadap pekerja lokal dan menimbulkan konflik kedepannya. 

Kekwatiran Si Ibu Mirna sebenarnya sudah muncul beberapa bulan terakhir. Perlawanan demi perlawanan terjadi.  Antara warga lokal dengan perusahaan, antara pekerja lokal dengan pekerja asing dan protes dari pihak intelektual dan birokrasi.

Pekerja lokal pernah melakukan demonstrasi besar-besaran di perusahaan Virtue Dragon Nickel Industry di Morosi, Konawe (24/07/2016). Koordinator Lapangan aksi massa, Muhammad Ikram Pelesa melalui liputan kompas.com mengatakan, sebanyak 412 pekerja lokal yang di PHK sejak april hingga juli 2016. Ironisnya, para pekerja lokal yang di PHK tidak mendapatkan pesangon.

Kalaupun bekerja bersama kerap terjadi deskriminasi. Liputan tempo (31/08/2015) menyebutkan pekerja lokal mengeluhkan perlakuan tidak adil yang diterima dibandingkan buruh dari china. Pegawai kasar dari China digaji Rp. 4 - 10 juta perbulan, sedangkan pekerja lokal hanya digaji maksimal Rp. 2 juta perbulan. Begitupun dalam hal penginapan dan menu makanan, Pekerja dari China mendapatkan fasilitas dan makanan mewah, sedangkan pekerja lokal hanya menyantap nasi bungkus di warung.

Perlawanan warga lokal konawe terhadap perusahaan PT VDKI juga dilaporkan Musni Umar, Seorang sosiolog melalui blog kompasiana. Ia mencatat bahwa, warga marosi pernah konflik dengan pekerja asing, bahkan ada yang meninggal dunia dari pihak pekerja asing. Namun dilarang diberitakan di media.  

Bahkan protes pun datang dari Pejabat Kota Kendari, Bapak Walikota Asrun, Ia menyatakan pembangunan smelter dan pabrik forenikel di Konawe tidak memberikan manfaat apa-apa kepada rakyat setempat khususnya, rakyat Sulawesi Tenggara dan Indonesia umumnya (Musni Umar, Kompasiana).

Protes juga muncul dari kelompok Mahasiswa Universitas Halu Oleo UHO dari berbagai Fakultas saat memperingati hari sumpah pemuda. Laporan tegas.co (28/10/2016) memberitakan ratusan mahasiswa menyegel kantor DPRD Sulawesi Tenggara dan memblokade jalan protokol. Aksi Mahasiswa UHO menolak pekerja asing yang masuk ke Sulawesi Tenggara, karena warga lokal masih banyak yang memerlukan pekerjaan.

Protes juga datang dari kelompok pekerja ketika melakukan Aksi May Day 2016. Organisasi yang menolak pekerja asing di Sulawesi Tenggara adalah dalam Serikat Buruh Konstruksi Bangunan (SBKB) dan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI).

Penolakan terhadap pekerja asing yang akan menyingkirkan pekerja lokal memang sangat menjadi dilematis, karena dalam aturan pemerintah pusat, pekerja asing yang boleh di Indonesia hanyalah tenaga ahli. Namun ternyata pekerja asing asal china kebanyakan pekerja kasar seperti kuli, sopir mobil dan sebagainya.

Apalagi jika dilihat data statistik pengangguran di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan, februari 2016 mencapai 45.819 orang atau meningkat 3,7% jika dibandingkan periode tahun 2015. Data ini dipublikasi BPS bulan mei kemarin.

Walau bagaimana nasi sudah jadi bubur. Presiden Jokowi pun tak mampu membendung kedatangan pekerja asing yang masuk di Sulawesi Tenggara. Dalam wawancara pada peringatan hari koperasi (21/07/2016), Jokowi mengatakan, tidak bisa mengeluh dengan kedatangan pekerja asing yang masuk ke indonesia karena penerapan ekonomi global sudah diteken sebelas tahun lalu, dan diberlakukan sejak enam bulan lalu.

Dari pengamatan penulis, perjanjian yang dimaksud Jokowi adalah Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN – CINA (ACFTA). Perjanjian ini ditanda tangani di Phnom Penh, Kamboja tanggal 4 November 2002. Penandatangan dilakukan oleh 10 negara anggota persatuan ASEAN dan Negara China. Waktu itu dari Indonesia diwakili oleh Megawati Sukarnoputri sebagai Presiden Indonesia.

Ibu Mirna hanya mangguk-mangguk antara mengerti dan tidak..hehehe. Tetapi penolakan itu akan terus terjadi kalau deskriminasi dan penguasaan wilayah untuk merebut sumberdaya alam terus dilakukan oleh perusahaan asing di Sulawesi Tenggara. Manajemen konflik akan terus berperan penting agar tidak menimbulkan korban. dan semoga rakyat lokal makin sejahtera.

Selain itu, Keberadaan pekerja asing di Sulawesi Tenggara perlu pengawasan intensif dari pihak keamanan dan pihak terkait lainnya. Jangan sampai keberadaan mereka tidak hanya merebut sumber daya alam, tetapi juga akan melakukan gerakan penjajahan gaya baru.

Sebelum saya meninggalkan warung makan si Ibu, saya hanya berpesan, teruslah bereksprimen makanan, makanan enak dagangan pasti laris. Pekerja butuh makan.. hehe.. dan ingatkan anak-anak kita untuk sekolah tinggi-tinggi, agar bisa bekerja profesional dan tidak lagi mengimpor tenaga ahli dan modal dari luar negeri.

Si Ibu, “he.he.he” hanya ketawa.. dan pesan si ibu “kalau ke Moramo jangan lupa singgah makan sini lagi nak”..  “okemi bu. terima kasih banyak kopi dan makanannya” jawabku.

No comments:

Post a Comment

Kebijakan dan Dampak Virus Corona di Indonesia

Ilustrasi Kekuatan ekonomi China sangat luar biasa di dunia saat ini. Kebangkitan ekonomi China bahkan mengalahkan Amerika Serikat. ...