Perhatian publik terhadap pemilihan gubernur Jakarta sangat tinggi, termasuk di Sulawesi Tenggara. Salah satu grup facebook terbesar di Sulawesi Tenggara 'Sultra Watch" ikut membahas soal pemilihan gubernur DKI Jakarta kemarin (19/04).
Detik - detik penghitungan suara TPS di Jakarta , beberapa netizen mempublikasikan kemenangan Anies. Data itu berdasarkan exit poll Denny JA yang beredar di media online. Analisa kekalahan ahok pun berseliweran di media sosial.
Dari situ penulis mencoba mencatat beberapa penyebab kekalahan Ahok - Djarot yakni pertama, Sembako yang blunder. Beberapa titik ditemukan sembako yang akan dibagikan ke masyarakat dan itu mengarah ke tim pendukung Ahok Djarot.
Dukungan data "politik sembako" diperparah dengan beberapa berita investigasi pedagang beras yang diungkapkan ke publik. Billy Beras, Seorang pedagang beras terbesar di Jakarta, mengungkapkan beberapa politisi pendukung Ahok memesan beras dalam jumlah besar. Tokoh politik yang dimaksud Aria Bima dari PDIP dan Djan Faridz dari PPP. Selain itu, utang beras yang belum dibayarkan pendukung ahok sekitar 500 juta rupiah.
Informasi "Politik Beras" pun tersebar luas di media sosial. dan warga jakarta yang mayoritas kelas tengah keatas, tidak luput membaca berita politik beras tersebut. Warga yang masih abu-abu dan kritis otomatis mengalihkan dukungan ke Anies - Uno. padahal sebelumnya banyak mendukung sosok Ahok yang terlihat tegas dan anti korupsi. Namun semuanya pupus dengan sendirinya pasca terjadi politik beras tersebut.
Kedua, Isu reklamasi dan penggusuran. Serangan LBH Jakarta, Romo Sandyawan dan Jaya Suprana serta Dandhy Laksono cs, tiada henti hingga hari pemilihan. Aktivis yang bekerja di akar rumput selalu terang-terangan memprotes tindakan brutal yang dilakukan Ahok pada masa pemerintahannya. Penggusuran paksa dan reklamasi dilihatnya akan menguntungkan kelas tertentu. Padahal Jakarta adalah Kota yang beragam dari segi agama dan kelas sosial. Seharusnya tim sukses Ahok - Djarot peka terhadap isu keberagaman tersebut. Karena pekerja akar rumput mempunyai massa ideologi secara rill.
Emmy Hafidz, Mantan pengurus Walhi Nasional dan Todung Mulya Lubis, Pendiri LBH Jakarta tak luput dari serangan . Kedua Aktivis senior itu dicurigai merapat ke kubu Ahok - Djarot. Kritikan datang dari berbagai pihak, karena dituding mendukung reklamasi dan penggusuran paksa yang dilakukan Ahok selama ini. Konsistensi dalam gerakan lingkungan dan membela wong cilik pun dipertaruhkan.
Ketiga, Kerja-kerja partai PKS yang maksimal di tingkat akar rumput. PKS sejak dari dulu selalu saja mengusung calon kuat untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta, namun dua periode sebelumnya selalu kalah. Pada tahun 2007, PKS mengusung Adang Daradjatun. Adang dikalahkan oleh Foke.
Pada pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2012, kembali mengusung Hidayat Nur Wahid. Hidayat kalah pada putaran pertama, Jokowi dan Foke yang masuk dalam putaran kedua. Pengalaman dua kali dalam pilkada tersebut, membuat PKS banyak belajar dan terus memperbaiki strategi politik di Kota Jakarta.
Begitupun dengan Gerindra, Walau partai baru ternyata Prabowo mempunyai strategi jitu di Jakarta. Pada tahun 2012 lalu, Prabowo mengusung Ahok untuk berpasangan dengan Jokowi dari PDIP waktu itu. Kekecewaan Prabowo terhadap Jokowi dan Ahok pada pemilihan presiden yang lalu. Ternyata orang yang diusung menghianatinya dan menjadi lawan berat dalam pemilihan presiden.
Dendam Prabowo yang tak kunjung terbalaskan, tentunya menciptakan strategi mati-matian demi memenangkan Pilkada Jakarta. Bahkan Anies yang dianggap orang plural, santun dan diterima banyak orang diangkat menjadi lawan Ahok. Kita tahu bersama bahwa Anies tidak mempunyai Partai Politik dan uang yang cukup untuk menjadi Gubernur Jakarta. Namun, demi balas dendam, Prabowo merelakan segalanya, asalkan Ahok tumbang di Jakarta.
Namun dibalik itu semua, ada hikmah yang mampu dipetik. Seandainya Ahok - Djarot memenangkan Pilkada Jakarta. Situasi akan berbicara lain. Keos akan tercipta diberbagai daerah. Kasus 1998 akan terulang dengan target turunkan Jokowi. Dan kekuasaan akan dipegang oleh oknum tidak jelas arah pemerintahannya.
Kemenangan Anies - Uno setidaknya mampu meredam gerakan islam radikal yang selalu menginginkan Revolusi dan mengganti rezim Jokowi. Kemenangan Anies - Uno merupakan salah satu bentuk menyelamatkan Jokowi dari gerakan revolusi yang tidak jelas arah dan tujuannya selama ini.
Selamat buat Anies - Uno terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta. Buat Ahok baiknya fokus membantu rezim Jokowi supaya bisa kepilih menjadi Menteri atau jabatan strategis lainnya kedepan.
No comments:
Post a Comment