Sumber Foto ; www.krjogja.com |
Negara Indonesia terbentuk bukan
secara alami melainkan sebuah kesepakatan dari banyak elemen generasi muda
tercerahkan yang pada awalnya berkumpul dalam sebuah momen yang kita kenal
sebagai sumpah pemuda . Indonesia diciptakan dengan segaja melalui toleransi
dan persatuan ketika para pendiri Negara ini, para Ulama, Pendeta, Kepala Suku,
Cendikiawan dengan sukarela melepas
bajunya demi persatuan NKRI. Para pendiri bangsa telah menjadikan kredo
persatuan sebagai senjata yang paling ampuh untuk meraih cita-cita nasional
sekaligus tujuan bernegara sebagaimana termaktub dalam pembukaan UU 1945. Namun,
perbedaan sesungguhnya merupakan khasanah yang memperluas perspektif
kebangsaaan asalkan dapat disiasati dalam sebuah permusyawaratan keadilan.
Akan tetapi, selama
berbulan-bulan terakhir, kehidupan berbangsa kita menghadapi tantangan yang
cukup berat. Proses mengupayakan Negara demokrasi yang matang diguncang oleh
situasi politik yang tampak jauh dari kesantunan dan adab mulia. Kita disuguhi
berbagai manipulasi yang tidak memberikan pendidikan politik yang layak
dianuti. Melainkan sajian drama saling serang antar kubu yang berseberangan. Masyarakat menjadi tidak tabu pada ujaran
kebencian serta tidak malu-malu lagi untuk adu caci maki di hadapan publik yang
luas.
Situasi yang sarat akan muatan kecurigaan
dan ketakutan antar kelompok tersebut tentu tidak boleh terus dilanggengkan. Momen
suasana keagamaan menjelang Ramadan yang selayaknya penuh dengan kedamaian ini
adalah waktu yang tepat untuk bersama-sama berupaya mengambil jeda, menciptakan
jarak pandang agar dapat menoleh ke belakang merenungi persatuan yang koyak
akibat fitnah, adu domba, dan
kepentingan politik serta keinginan berkuasa secara tamak yang
berjalin-kelindan.
Para sesepuh bangsa yang telah
mengikuti perjalanan bangsa, menyampaikan keprihatinan dan seruan atas kondisi
kebangsaan saat ini. Kesadaran ini didukung kerinduan untuk bertemu bersama
dalam sebuah forum sesepuh bangsa untuk perdamaian Indonesia.
Para sesepuh yang memberikan
seruan melalui forum ini, diantaranya Buya Sayfii Maarif, KH Ahmad Mustofa
Bisri, Kardinal Julius Dharmaatmadja, Prof M. Quraish Shihab, Ibu Shinta Nuriyah
Abdurahman Wahid, Bhikku Nyana Suryanadi, Mohammad Sobary, Pendeta Gomar
Gultom, Prof Abdul Munir Mulkan, KH Imam Azis, dan lain-lain.
Penggagas Forum Jeirry Sumampouw,
Defy Indryanto Budiarto, Romo Benny Susetyo dan Allisa Wahid.
No comments:
Post a Comment