asap dimana mana |
Tingkah laku warga kota kendari berubah total dua bulan terakhir.
Masker bertebaran dimana-mana dan menjadi kewajiban setiap orang ketika
akan bepergian keluar rumah. Bahkan menjadi pembicaraan semua orang
baik yang berkendaraan roda dua maupun berkendara roda empat. Perbaikan
jalan kota sebenarnya sebuah kebajikan yang harus dihargai, namun dibalik
itu menimbulkan polemik di kalangan masyarakat dan politisi karena debu
sangat mempengaruhi kesehatan warga dan mudah terkena penyakit ISPA.
Tentunya
pembangunan yang merusak kesehatan warga itu merupakan tanggung jawab
Pemerintah Kota untuk menegur para kontraktor nakal yang tidak
menggunakan uang APBD sebagaimana mestinya untuk melakukan penyiraman
jalan secara rutin. setiap proyek pembangunan jalan pasti dianggarkan
untuk menyiram jalanan. Namun kenyataannya teguran sebatas keterpaksaan
belaka karena tidak membuahkan hasil. Warga tetap harus membawa masker
ketika bepergian untuk menghindari DEBU.
Kontraktor tidak
bisa disalahkan sepenuhnya karena kita semua tahu bahwa setiap proyek
pembangunan adanya pembagian fee 10% sampai 30% untuk pejabat yang
terkait. Jadi kadang kontraktor mengalami kerugian dalam sebuah proyek.
Mungkin karena itu teguran tidak diindahkan sepenuhnya oleh para
kontraktor. Biaya penyiraman jalan sebanyak enam kali sehari hanya
berada dalam kertas Rancangan Anggaran Biaya (RAB) Proyek. aplikasi
lapangan tidak seindah seperti dalam kertas RAB.
Ketika
teguran tidak didengarkan oleh para kontraktor perbaikan jalan aspal,
maka warga harus bertindak tegas dengan melakukan aksi simpatik dengan
turun ke jalan membagikan masker kepada warga. Orang Gila Sulawesi
(OGS), kumpulan remaja ini membagikan masker sebanyak 10.000 di sejumlah
titik di Kota Kendari (03/09). Kegiatan yang dilakukan untuk mengkritik
pengerjaan jalan yang menimbulkan debu. Debu itu masih berlangsung
sekarang namun tidak separah yang terjadi beberapa bulan lalu.
Habis
Debu Terbitlah Asap. Ketika melakukan olahraga di Taman Kota, minggu
pagi kemarin (25/10), sejumlah siswa-siswi SMA kembali hadir untuk
mengumpulkan dana untuk korban asap di Kalimantan dan Sumatera. Bahkan
dalam spanduk mereka terpampang pengumuman Kendari Darurat Asap. Dalam
berita media lokal, Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 726
dari Jakarta ke Kendari harusnya lending 09.40 harus berbelok arah dan
mendarat di Makassar gara-gara asap diatas Kota Kendari (23/10).
Penyebab
asap di Kota Kendari sebelumnya dicurigai berasal dari Kalimantan.
Tetapi citra satelit NOAA mengungkapkan 279 titik api berasal dari
daerah Sulawesi Tenggara. Titik api tersebar di Kabupaten Bombana
sebanyak 79 titik api, Kabupaten Kolaka 42 titik api, Kabupaten Konawe
37 titik api, Muna 33 titik api, dan Konawe Selatan sebanyak 32 titik
Api (Rakyat Sultra 20/10/2015).
Ketika menghadiri undangan
makan sinonggi di perbatasan Kota Kendari dan Konawe Selatan kemarin
siang, Dalam perjalanan kami melalui perkebunan sawit dan sebanyak titik
5 titik api yang kami lalui. Menurut warga setempat, “lahan yang
terbakar itu adalah lahan yang akan dibuka oleh Perusahaan Perkebunan”.
Begitupun
dengan kebakaran lahan di Kalimantan dan Sumatera, mayoritas disebabkan
oleh pembakaran lahan yang dilakukan perusahaan perkebunan dan
kehutanan. Dampak dari asap itu satu lagi balita meninggal karena asap,
37 ribu anak dan orang dewasa menderita sakit ISPA di wilayah Sumatera
dan Kalimantan. Dan jumlahnya akan terus bertambah karena perusahaan
perkebunan dan kehutanan belum berhasil dipadamkan. Data itu tersebar
dalam pesan grup whatsapp yang dikirim oleh orang-orang yang peduli akan
nasib saudara kita di Sumatera dan Kalimantan.
Dalam
acara makan Sinonggi kemarin, pokok pembahasan adalah darurat asap.
Seorang kawan yang baru tiba di Kendari dari Kota Palu, menceritakan
situasi asap di Kota Palu “naik mobil saja sulit di Kota Palu sekarang
ini. Asap bertebaran dimana-mana. Jika dibandingkan Kota Kendari dengan
Kota Palu, Kota Kendari belum ada apa-apanya”. Namun tidak menutup
kemungkinan Kota Kendari bisa seperti kota-kota lainnya di Indonesia
untuk darurat asap melihatnya banyaknya titik di daerah SULTRA.
Solusi
untuk mengatasi permasalahan asap, beberapa pakar mengungkapkan “asap
akan berhenti jika terjadi hujan selama 3 hari berturut-turut”. Sesuatu
yang sangat mustahil disaat kondisi El Nino sedang melanda dan akan
berlangsung hingga bulan desember kedepan. Karena itu beberapa orang
berpikir untuk menciptakan solusi sederhana untuk menciptakan hujan.
Pesan berantai BBM menginstruksikan seluruh warga negara Indonesia untuk
bersama-sama “menyediakan baskom air yang dicampur garam dan diletakkan
diluar rumah, biarkan menguap, jam yang baik adalah sekitar pukul 11.00
sampai 13.00. Semakin banyak uap semakin bagus untuk mempercepat proses
turunnya air hujan”. Sebuah langkah kecil yang dilakukan warga untuk
menghentikan bencana asap yang hampir melanda seluruh negeri ini.
Pemerintah
Pusat melalui pesan berantai Pak Menko, Luhut Panjaitan, yang tersebar
di grup facebook menyatakan “saya akan mengkoordinasikan seluruh Menteri
untuk bersama-sama menghentikan asap. Dan mengajak seluruh warga untuk
tidak saling menyalahkan”. Menurut penulis, Pemerintah Pusat perlu tegas
terhadap perusahaan perkebunan dan kehutanan yang melakukan pembakaran
lahan untuk memulai usahanya. Kalau perlu jangan pernah memberikan ruang
berinvestasi lagi di negara ini dan usir pulang ke negaranya. Kalau itu
Perusahaan Dalam Negeri, baiknya berikan sangksi tegas dan cabut izin
usaha dan hak guna usaha (HGU) perusahaan perkebunan dan kehutanan
tersebut. Sebagai “warga negara biasa”, kami tetap bisa makan nasi dan
hidup sejahtera dan sehat tanpa Investasi Perkebunan dan Kehutanan.
Pilih mana, Bencana asap dan penyakit ISPA atau mengusir investasi
perkebunan dan kehutanan pembakar lahan ?.. Indonesia dan Sultra Pasti
Bisa..
No comments:
Post a Comment