Monday, October 26, 2015

Habis Debu Terbitlah Asap

asap dimana mana
Tingkah laku warga kota kendari berubah total dua bulan terakhir. Masker bertebaran dimana-mana dan menjadi kewajiban setiap orang ketika akan bepergian keluar rumah.  Bahkan menjadi pembicaraan semua  orang baik yang berkendaraan roda dua maupun berkendara roda empat. Perbaikan jalan kota sebenarnya sebuah kebajikan yang harus dihargai, namun dibalik itu menimbulkan polemik di kalangan masyarakat dan politisi karena debu sangat mempengaruhi kesehatan warga dan mudah terkena penyakit ISPA.

Tentunya pembangunan yang merusak kesehatan warga itu merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota untuk menegur para kontraktor nakal yang tidak menggunakan uang APBD sebagaimana mestinya untuk melakukan penyiraman jalan secara rutin. setiap proyek pembangunan jalan pasti dianggarkan untuk menyiram jalanan. Namun kenyataannya teguran sebatas keterpaksaan belaka karena tidak membuahkan hasil. Warga tetap harus membawa masker ketika bepergian untuk menghindari DEBU.

Kontraktor tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena kita semua tahu bahwa setiap proyek pembangunan adanya pembagian fee 10% sampai 30% untuk pejabat yang terkait. Jadi kadang kontraktor mengalami kerugian dalam sebuah proyek. Mungkin karena itu teguran tidak diindahkan sepenuhnya oleh para kontraktor. Biaya penyiraman jalan sebanyak enam kali sehari hanya berada dalam kertas Rancangan Anggaran Biaya (RAB) Proyek. aplikasi lapangan tidak seindah seperti dalam kertas RAB.

Ketika teguran tidak didengarkan oleh para kontraktor perbaikan jalan aspal, maka warga harus bertindak tegas dengan melakukan aksi simpatik dengan turun ke jalan membagikan masker kepada warga. Orang Gila Sulawesi (OGS), kumpulan remaja ini membagikan masker sebanyak 10.000 di sejumlah titik di Kota Kendari (03/09). Kegiatan yang dilakukan untuk mengkritik pengerjaan jalan yang menimbulkan debu. Debu itu masih berlangsung sekarang namun tidak separah yang terjadi beberapa bulan lalu.

Habis Debu Terbitlah Asap. Ketika melakukan olahraga di Taman Kota, minggu pagi kemarin (25/10), sejumlah siswa-siswi SMA kembali hadir untuk mengumpulkan dana untuk korban asap di Kalimantan dan Sumatera.  Bahkan dalam spanduk mereka terpampang pengumuman Kendari Darurat Asap.  Dalam berita media lokal, Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 726 dari Jakarta ke Kendari harusnya lending 09.40 harus berbelok arah dan mendarat di Makassar gara-gara asap diatas Kota Kendari (23/10).

Penyebab asap di Kota Kendari sebelumnya dicurigai berasal dari Kalimantan. Tetapi citra satelit NOAA mengungkapkan 279 titik api berasal dari daerah Sulawesi Tenggara. Titik api tersebar di Kabupaten Bombana sebanyak 79 titik api, Kabupaten Kolaka 42 titik api, Kabupaten Konawe 37 titik api, Muna 33 titik api, dan Konawe Selatan sebanyak 32 titik Api (Rakyat Sultra 20/10/2015).

Ketika menghadiri undangan makan sinonggi di perbatasan Kota Kendari dan Konawe Selatan kemarin siang, Dalam perjalanan kami melalui perkebunan sawit dan sebanyak titik 5 titik api yang kami lalui. Menurut warga setempat, “lahan yang terbakar itu adalah lahan yang akan dibuka oleh Perusahaan Perkebunan”.

Begitupun dengan kebakaran lahan di Kalimantan dan Sumatera, mayoritas disebabkan oleh pembakaran lahan yang dilakukan perusahaan perkebunan dan kehutanan. Dampak dari asap itu satu lagi balita meninggal karena asap, 37 ribu anak dan orang dewasa menderita sakit ISPA di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Dan jumlahnya akan terus bertambah karena perusahaan perkebunan dan kehutanan belum berhasil dipadamkan. Data itu tersebar dalam pesan grup whatsapp yang dikirim oleh orang-orang yang peduli akan nasib saudara kita di Sumatera dan Kalimantan.

Dalam acara makan Sinonggi kemarin, pokok pembahasan adalah darurat asap. Seorang kawan yang baru tiba di Kendari dari Kota Palu, menceritakan situasi asap di Kota Palu “naik mobil saja sulit di Kota Palu sekarang ini. Asap bertebaran dimana-mana. Jika dibandingkan Kota Kendari dengan Kota Palu, Kota Kendari belum ada apa-apanya”. Namun tidak menutup kemungkinan Kota Kendari bisa seperti kota-kota lainnya di Indonesia untuk darurat asap melihatnya banyaknya titik di daerah SULTRA.

Solusi untuk mengatasi permasalahan asap, beberapa pakar mengungkapkan “asap akan berhenti jika terjadi hujan selama 3 hari berturut-turut”. Sesuatu yang sangat mustahil disaat kondisi El Nino sedang melanda dan akan berlangsung hingga bulan desember kedepan. Karena itu beberapa orang berpikir untuk menciptakan solusi sederhana untuk menciptakan hujan. Pesan berantai BBM menginstruksikan seluruh warga negara Indonesia untuk bersama-sama “menyediakan baskom air yang dicampur garam dan diletakkan diluar rumah, biarkan menguap, jam yang baik adalah sekitar pukul 11.00 sampai 13.00. Semakin banyak uap semakin bagus untuk mempercepat proses turunnya air hujan”. Sebuah langkah kecil yang dilakukan warga untuk menghentikan bencana asap yang hampir melanda seluruh negeri ini.

Pemerintah Pusat melalui pesan berantai Pak Menko, Luhut Panjaitan, yang tersebar di grup facebook menyatakan “saya akan mengkoordinasikan seluruh Menteri untuk bersama-sama menghentikan asap. Dan mengajak seluruh warga untuk tidak saling menyalahkan”. Menurut penulis, Pemerintah Pusat perlu tegas terhadap perusahaan perkebunan dan kehutanan yang melakukan pembakaran lahan untuk memulai usahanya. Kalau perlu jangan pernah memberikan ruang berinvestasi lagi di negara ini dan usir pulang ke negaranya. Kalau itu Perusahaan Dalam Negeri, baiknya berikan sangksi tegas dan cabut izin usaha dan hak guna usaha (HGU) perusahaan perkebunan dan kehutanan tersebut. Sebagai “warga negara biasa”, kami tetap bisa makan nasi dan hidup sejahtera dan sehat tanpa Investasi Perkebunan dan Kehutanan. Pilih mana, Bencana asap dan penyakit ISPA atau mengusir investasi perkebunan dan kehutanan pembakar lahan ?..  Indonesia dan Sultra Pasti Bisa..

No comments:

Post a Comment

Kebijakan dan Dampak Virus Corona di Indonesia

Ilustrasi Kekuatan ekonomi China sangat luar biasa di dunia saat ini. Kebangkitan ekonomi China bahkan mengalahkan Amerika Serikat. ...