Monday, October 26, 2015

Menggugat Perusahaan Lilin Negara PLN Kendari

Ilustrasi
Saya sebagai Warga Ibukota Kendari terus menggerutu pas lampu padam semalam dan siang hari ini (26/10). Tugas untuk mengirim laporan tersendat karena harus menunggu lampu menyala dan waktunya berkisar 3 jam. Sesuatu yang kuanggap sebagai kebiasaan yang dilakukan pihak PLN terhadap masyarakat kota kendari setiap harinya selama tahun 2015. Padahal seharusnya pelayanan yang kami dapatkan sebagai pembayar pajak harus dimaksimalkan dan memuaskan kami sebagai pelanggan.

Dampak listrik padam sangat mengganggu usaha ekonomi kecil yang menggunakan listrik sebagai pembantu usahanya. Untuk pengusaha besar tidak terlalu terdampak karena bisa menggunakan genset ketika mati lampu dan bisa terus beroperasi. Bukan hanya itu, pengguna alat eletronik pun demikian, mulai dari pengguna HP, Laptop, TV, dan Internet pasti sangat terganggu atas ketidakbecusan pelayanan PLN Kota Kendari. Namun, Sebagai konsumen, kami hanya bisa mengerutu dalam hati karena seolah Pihak PLN tidak berdosa atas tindakan yang dilakukan untuk pemadaman bergilir. Sebagai konsumen hanya bisa sabar, sabar dan sabar.

Ketidakbecusan PLN yang dilontarkan Warga Kendari Caddi Kendari Barat beberapa hari lalu, ketika berkunjung kesana. Konsumen PLN mengeluhkan biaya listrik sistem voucher atau pulsa yang sangat tinggi. Para konsumen harus membayar Rp. 100.000 dan pulsa yang didapatkan hanya Rp.73.000 dan bahkan kadang hanya Rp. 65.000. terus, kemana sisa uang Rp. 27.000 itu, apakah masuk menjadi pajak negara ?. Menurut Rizal Ramli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya mengungkapkan dibeberapa media nasional bahwa “voucher atau pulsa token listrik itu bukan masuk ke Pajak Negara melainkan dipermainkan oleh para mafia”. Lalu, Siapa mafia pulsa listrik di Kota Kendari ?.

Bukan hanya itu, Ketidakbecusan PLN juga diungkapkan warga yang bermukim di Petoaha, Abeli. Kendari sebagai Ibukota Sulawesi Tenggara ternyata warganya masih banyak yang tidak bisa mengakses listrik di Petoaha dan banyak lagi daerah di Kota Kendari. Mereka mengungkapkan “kami tidak bisa mengakses listrik karena biaya pemasangan baru sangat tinggi, mencapai 2-5 juta per rumah”. Sebagaimana kita tahu bersama bahwa biaya instalasi listrik sebenarnya sangat murah tidak mencapai 300 ribu rupiah karena hanya modal kabel. Begitupun dengan harga meteran listrik harganya tidak mencapai jutaan rupiah. Terus, untuk apa warga Kendari membayar mahal untuk mendapatkan fasilitas listrik. Jangan – jangan ada juga mafia yang bermain dibalik bisnis pemasangan meteran listrik baru. Dan siapakah mafia pemasangan meteran listrik baru yang bekerjasama dengan PLN ?

Kembali ke pemadaman bergilir sepanjang tahun 2015 di Kota Kendari. Saya terus terang geleng-geleng kepala membaca komentar Manager PT PLN Area Kendari, Abdul Maullah, di Koran lokal Kendari (22/10/2015) yang menyatakan “pemadaman bergilir lebih banyak pada malam hari daripada siang hari”. Persoalan kami sebagai pelanggan bukan siang atau malam hari. Listrik adalah kebutuhan mendasar warga karena sebagian besar aktivitasnya tergantung dengan listrik.

Komentar ke dua, pemadaman  bergilir terjadi karena “dua mesin PLTU Nii Tanasa yang keluar dari daya 10 mw dan satu mesin dalam jadwal pemeliharaan”, Jawaban yang sangat tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan warga akan energi listrik. Kinerja Kepala PLN, Abdul Mullah sangat lamban dan kurang komunikatif terhadap Bosnya yang berada di Pusat. Kejadian pemadaman bergilir sudah berlangsung 10 bulan di Kota Kendari loh, bukan waktu yang singkat. Alasan memperbaiki mesin selama 10 bulan sangat tidak masuk akal.

Ironisnya lagi dalam komentarnya di media lokal Kendari itu terkait meningkatkan daya listrik Kota Kendari dari 50 megawatt menjadi 70 megawatt  “kecuali dengan energi terbarukan seperti PLTU, PLTA dan panas bumi. disini (Kendari) panas bumi tidak ada dan untuk air butuh investasi yang cukup besar”. Komentar yang sangat goblok dan tidak kreatif. Kalau menggunakan energi terbarukan butuh biaya mahal, maka disitulah tugas Manager PLN sebagai pemimpin mengadakan inovasi untuk menciptakan teknologi untuk energi terbarukan dengan biaya murah. Mahasiswa Universitas Halu Oleo bisa ditugaskan untuk menciptakan inovasi menciptakan teknologi untuk energi terbarukan yang berbiaya murah. Jadi PLN tidak hanya memanfaatkan mahasiswa  Jurusan Teknik Halu Oleo untuk datang memeriahkan acara hari ulang tahun seperti yang terjadi di depan Taman Walikota Kendari, hari minggu pagi (25/10) kemarin.

Sebelum saya akhiri, saya mau mengucapkan selamat ulang tahun buat PLN Kota Kendari. Dan untuk sementara nama perusahaan anda kami ganti menjadi “Perusahaan Lilin Negara (PLN)” dan semoga anda tersinggung dan dapat memperbaiki kinerja kedepan.

Kalau kinerja PLN Kendari tidak ada perubahan selama bulan November, ada baiknya evaluasi diri dan Manager Perusahaan Lilin Negara (PLN) Kendari, Abdul Mulluh mengundurkan diri saja dari jabatannya. Alasannya jelas, Pertama, PLN Kendari tidak mampu memuaskan konsumen dengan pemadaman bergilir sepanjang tahun 2015. Kedua, PLN menciptakan mafia dalam bisnis pulsa listrik yang merugikan konsumen, Ketiga, PLN Menciptakan mafia dalam pemasangan meteran listrik baru yang otomatis menghambat akses warga negara untuk mendapatkan fasilitas listrik. Keempat, PLN  tidak inovatif dalam menciptakan energi terbarukan untuk melayani konsumen listrik di Kota Kendari..

Kami sebagai konsumen membutuhkan sosok manager PLN Kendari yang berkompeten, inovatif dan jujur untuk memimpin PLN Kendari  agar konsumen listrik mendapatkan pelayanan maksimal.

No comments:

Post a Comment

Kebijakan dan Dampak Virus Corona di Indonesia

Ilustrasi Kekuatan ekonomi China sangat luar biasa di dunia saat ini. Kebangkitan ekonomi China bahkan mengalahkan Amerika Serikat. ...