Monday, October 19, 2015

Konflik Sara Menjadi Api dalam Sekam

Konflik yang berbau SARA (Suku, Agama dan Ras) kembali terjadi di Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Aceh Singkil, 13 Oktober kemarin. Konflik yang kembali menelan korban jiwa dan puluhan orang lainnya luka-luka dan 5000an warga mengungsi.

Konflik Agama di Singkil bukan kali pertama terjadi. Front Pembela Islam (FPI) telah menebar ancaman yang mengakibatkan Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil harus menutup 19 gereja pada bulan mei 2012. Dari analisis para tim investigasi yang dimuat dalam Media Kontras menyebutkan bahwa dalang utama penyebab konflik adalah para kontestan Pilkada yang kalah bertarung. Politik menghalalkan segala cara dengan mengadudomba masyarakat dengan memakai Isu agama.

Beberapa bulan lalu konflik SARA juga terjadi di Tolikara, Papua. Konflik yang juga menelan korban jiwa, satu mesjid dan ribuan kios yang terbakar. 11 orang tertembak dan 1 orang meninggal dunia.

Konflik SARA yang terjadi saat ini mirip pasca turunnya presiden Suharto dari pucuk pimpinan negeri ini. Kasus Ambon (1999-2002), Poso (1998-2001), Sambas (1997, 1999-2001) dan Sampit (2001). Nyawa tidak sedikit melayang. Toleransi antara suku dan agama semakin menurun. Sikap emosional memang tak mengenal pancasila, yang ada hanyalah “bakar dan bakar”.

Melihat konflik antara agama beberapa bulan terakhir yang terjadi dalam negeri ini. Saya teringat dengan pesan Gus Dur “ Tuhan tidak perlu dibela”. Dalam konflik SARA yang perlu dibela adalah umatnya, sisi kemanusiaan harus dikedepankan dibandingkan solidaritas yang membawa kerugian terhadap orang lain.

Pemikiran soal kedamaian bukan hanya diteriakkan oleh Gus Dur, Lagu Jhon Lennon “Imagine” selalu mengigatkan bawah sadarku karena lagu andalan saat menjelang istirahat di malam hari. Menurut Jhon Lennon, Perang terus terjadi yang diakibatkan oleh Negara, Agama dan Tentara. Ia menginginkan kedamaian seluruh umat di Dunia ini.

Lain halnya dengan pemikiran Hobbes yang melihat peperangan sebagai sebuah dorongan irasional, anarkis, saling iri, serta benci sehingga menjadi jahat dan buas, kasar dan berpikir pendek. Sehingga Hobbes mengemukakan istilah Homo Homini Lupus atau manusia adalah serigala bagi manusia lain.

JJ. Rousseu pun mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia dilahirkan itu polos, mencintai diri secara spontan serta tidak egois. Peradaban dan kebudayaanlah yang menjadikan manusia kehilangan sifat aselinya sehingga menjadi kasar dan kejam terhadap orang lain.

Apapun bentuknya segala bentuk kekerasan dalam negeri ini tidak berdasarkan hukum orang per orang atau hukum kelompok tertentu, melainkan hukum yang berdasarkan UUD 1945. Salah satu isi UUD yang melindungi umat beragama terdapat dalam pasal 29 ayat 2 “Negara menjamin setiap warga negara untuk memeluk agama dan kepercayaannya serta menjalankan ibadahnya”. Poin yang sangat jelas untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama di negeri ini.

Semasa duduk di Sekolah Dasar, saya selalu teringat upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari senin, Salah satu pesan yang melekat dalam bawah sadar “Bhineka Tunggal Ika”, Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dalam perjalanan pembentukan negeri ini dari Sabang sampai Merauke, Warga negara yang berbeda suku dan agama mampu menyatu dan menjadi Indonesia. Dan menjadi sebuah kebanggaan dalam dunia international atas kemampuan menyatukan perbedaaan.

Untuk itu dibutuhkan langkah-langkah dalam penyelesaian konflik antara umat beragama di Tolikara Papua dan Singkil Aceh dengan menciptakan rekonsiliasi untuk mengubah konflik menjadi perdamaian. Akar Konflik harus diketahui dan menciptakan hubungan harmonis antara umat dimasa yang akan datang. Kedua, rehabilitasi dengan menciptakan pemulihan terhadap korban untuk menjadi manusia dan memiliki tempat di tengah-tengah masyarakat.  Namun paling penting adalah membangun rasa saling percaya dan saling pengertian antara sesama umat yang berbeda keyakinan. Semoga api dalam sekam segera padam dan menciptakan bakteri baru untuk memperbaiki zat hara tanah dan kembali menciptakan makanan yang bermanfaat untuk semua umat manusia. Indonesia Pasti Bisa...

Sumber
  • Politik kekerasan komunal di Indonesia. Rolip Sapta Maji. Diakses 19 Oktober 2015
  • Nama korban tewas dan luka dalam bentrokan massa di Aceh Singkil. Tribun Regional. Diakses 19 Oktober 2015
  • Gusdur : Bapak Pluralisme Indonesia Dunia. Hilmar. Diakses 19 Oktober 2015
  • Pelanggaran Ham dalam kasus kebebasan beragama, berkeyakinan dan beribadah di Indonesia. Kontras, Mei 2014
  • Teknik pemulihan konflik. Materi Firman Nugraha. Diakses 19 oktober 2015

No comments:

Post a Comment

Kebijakan dan Dampak Virus Corona di Indonesia

Ilustrasi Kekuatan ekonomi China sangat luar biasa di dunia saat ini. Kebangkitan ekonomi China bahkan mengalahkan Amerika Serikat. ...