Tuesday, July 11, 2017

Alternatif G20 Dalam Pemenuhan Pangan

Vandana Shiva kiri, Barbara Unmüßig kanan
Vandana Shiva dan Barbara Unmüßig merupakan  tokoh perempuan dunia yang terlibat dalam "Gerakan Solidaritas Global". Keduanya sangat menentang kebijakan perdagangan global terutama pangan dalam pertemuan G20 di Hamburg, Jerman.

Vandana Shiva,  pemegang nobel perdamaian dari India melihat kondisi ekonomi global makin timpang dan menciptakan migrasi, kemiskinan dan perubahan iklim. Ia tampil dalam sebagai pembicara depan masyarakat sipil menyerukan “produksi yang berkeadilan dan konsumen yang berkeadilan”. 

Shiva menganggap slogan G20 "Perdagangan bebas dan adil" hanya retorika untuk mereka. Hal itu disebabkan karena kepentingan mereka hanya untuk melindungi hak-hak orang yang mendukung mereka. Selain itu, G20 hanya dipenuhi oleh Negara terkaya dan terbesar untuk mendominasi tatanan ekonomi dunia. (Laporan www.finanznachrichten.de).

Vandana Shiva yang terkenal dengan tokoh ecofeminisme juga menyoroti, struktur ekonomi dunia yang tidak adil dan dianggap sebagai warisan kolonialisme. Hal ini disebabkan karena para pemain dalam bidang pertanian kebanyakan didominasi oleh perusahaan multinasional.  Shiva menawarkan perdagangan yang adil dan pertanian organik sebagai alternatif untuk melawan monopolisasi perusahaan multinational. Perdagangan yang adil adalah produk yang ramah lingkungan dan adil terhadap konsumen.

Begitupun dengan Barbara  Unmüßig, Wartawan kritis dari Jerman, melihat sektor pertanian global didominasi tujuh produsen international dalam hal pestisida, benih dan zat kimia pertanian lainnya. Pemain pangan international yang dimaksud seperti Monsanto, Sygenta, DuPont, Bayer, BASF, dan ChemChina. Selain mengontrol perdagangan pangan dunia, produk para perusahaan tersebut dianggap merusak lingkungan. (http://www.dw.com/en/who-controls-our-food/a-37112815 )

Karena itu Barbara Unmüßig mendorong Negara berpenghasilan menengah seperti India, Indonesia dan Nigeria keluar dari sistem pasar yang tidak adil itu. Tujuannya tidak lain untuk menciptakan kekuatan agar dapat mendikte harga pangan dan meningkatkan kesejahteraan terutama petani. 

Unmüßig menginginkan para pemimpin dunia menyadari situasi ini dan tidak menciptakan ketergantungan terhadap perusahaan multinational yang mengontrol pangan seluruh dunia.

No comments:

Post a Comment

Kebijakan dan Dampak Virus Corona di Indonesia

Ilustrasi Kekuatan ekonomi China sangat luar biasa di dunia saat ini. Kebangkitan ekonomi China bahkan mengalahkan Amerika Serikat. ...