Friday, March 25, 2016

Gojek Dan Sistem Transportasi Yang Amburadul



Sumber http://olx.co.id/

Akhir tahun 2015 lalu, Saya mendapatkan undangan untuk menghadiri pertemuan di Jakarta. Diakhir acara seorang kawan mengajak ketemuan di Hotel Aston, jalan rusuna said, namun situasi Kota Jakarta seperti biasa macet yang luar biasa dan membuatku malas untuk keluar rumah. Kawanku pun menyarankan untuk naik Gojek, Ojek Online yang lagi marak diperbincangkan publik waktu itu. Dengan segera kawanku mengambil Hp dan membuka aplikasi untuk memesan Gojek. 15 menit kemudian, Gojek datang dan membunyikan klakson depan rumah, tempatku menginap.

Saya pun bergegas naik dibelakang sopir gojek, perjalanan tak terasa hanya 15 menit dari arah ragunan ke jalan rusuna said. Suasana macet pun dapat dihindari dengan melalui jalur gang-gang di jalan mampang prapatan. Biaya yang harus dikeluarkan hanya Rp. 15.000, Biaya yang cukup murah. 

Dua tahun lalu sekitar tahun 2013, saya juga sempat naik ojek pangkalan dari ragunan ke kantor KPK, yang lokasinya tidak jauh dari Hotel Aston, jalan rusuna said. Dan biaya yang dikeluarkan Rp. 40.000. Harga sewa ditentukan oleh Sopir ojek pangkalan dengan tawar menawar waktu itu.

Seandainya naik taksi pasti biayanya lebih mahal lagi, karena taksi dalam posisi berhenti ketika macet argo tetap berjalan. Harga yang ditentukan oleh argo mesin. Belum lagi kalau argo taksi dimainkan oleh para sopir taksi.

Inovasi aplikasi gojek mengatur peta lokasi konsumen dan sopir gojek dengan menggunakan google map. Jadi sopir gojek tidak perlu lagi mangkal di pangkalan untuk menunggu penumpang, melainkan hanya memelototi hpnya untuk menunggu penumpang memesan kendaraannya.

Selain itu, Gojek juga mengatur tarif berdasarkan jarak tempuh. Tarif tidak bisa lagi ditentukan semaunya oleh para tukang ojek seperti sebelumnya ketika di pangkalan. Tarif gojek dipatok sebesar Rp. 12.000 dengan jarak tempuh 1 km sampai 10 km. Rp. 15.000 untuk jarak tempuh 10 – 15 km. Diatas 15 km maka akan dikenakan tarif Rp. 2.000 per kilometer.

Bagaimana dengan Kota Kendari ?. Menurut salah seorang kawan, Kota Kendari mulai mengikuti skema Gojek. Seorang mantan staf Gojek Jakarta pulang kampung di Kendari membuka usaha Gojek. Niat baik itu disambut positif oleh salah seorang pengusaha dari Buton. Tidak cukup sebulan dari perbincangan awal, akhirnya diputuskan untuk mendatangkan orang ahli aplikasi dari malang untuk membuat aplikasi online dengan bayaran mencapai 150 juta sampai 200 juta. Nama organisasinya pun tidak jauh beda dengan Gojek di Jakarta, Untuk kendari diberi nama Ojek Kurir atau disingkat JEKUR. Biaya tarif ditetapkan sebesar Rp. 2.000 per kilometer. Apakah Jekur akan membunuh ojek pangkalan kedepannya ?. Kita tunggu saja perkembangannya kedepan.

Sistem Transportasi Amburadul
Kemunculan Gojek di kota megapolitan Jakarta dan Jekur di kota kecil Kendari tidak lain karena kegagalan Pemerintah Kota membangun sistem transportasi yang nyaman, aman dan terjangkau untuk semua warga kota.

Semua jenis transportasi lumayan lengkap di perkotaan, seperti halnya di Jakarta mulai dari Kereta Api, Busway, Bus, Metromini, Angkot hingga becak. Namun semua jenis transportasi yang tersedia tidak menjamin kenyamanan warga dalam beraktivitas. Kereta api setiap pagi sore atau jam masuk dan pulang kantor selalu penuh dan penumpang berdesak-desakan sehingga menimbulkan masalah seperti pelecehan seksual dan lain-lainnya.

Begitupun dengan Busway, Bus, Metromini dan Angkot sering terjebak dalam macet, sehingga waktu kadang kebanyakan di jalanan dibandingkan beraktivitas. Karena itu situasi tidak memungkinkan bagi warga sehingga kendaraan alternatif adalah ojek yang kemudian berevolusi menjadi Gojek.

Kasus transportasi di kota kecil Kendari berbeda dengan jakarta, bukan disebabkan oleh faktor kemacetan, melainkan lebih disebabkan oleh faktor integrasi jalur transportasi yang tidak berjalan dengan baik. Jalur dengan aspal bagus dan penuh dengan pemukiman masih banyak tidak dilalui transportasi umum seperti bus dan pete-pete. Beberapa jalur yang tidak dilalui angkutan umum seperti jalur by pass, jalur jalan sao-sao, jalur jalan kendari beach dan banyak lagi.

Akhirnya warga memilih untuk membeli kendaraan pribadi. Kredit motor dan mobil siap memberikan kemudahan bagi warga dengan sistem cicilan dengan uang muka rendah, asalkan kendaraan jualan laris manis.

Selain itu, Warga kota kendari memilih naik ojek yang sekarang berevolusi menjadi Jekur. Jekur bisa mengirit pengeluaran warga karena tarifnya cukup murah. Dan warga bisa mengunjungi berbagai tempat dengan biaya murah dibandingkan naik angkutan umum atau pete-pete sekali naik bayar Rp. 5.000.

Fenomena transportasi yang berbasis online menjadi alternatif untuk mengatasi kegagalan sistem transportasi yang dibangun oleh pemerintah kota khususnya di Jakarta dan Kendari.

No comments:

Post a Comment

Kebijakan dan Dampak Virus Corona di Indonesia

Ilustrasi Kekuatan ekonomi China sangat luar biasa di dunia saat ini. Kebangkitan ekonomi China bahkan mengalahkan Amerika Serikat. ...