Sumber http://olx.co.id/ |
Akhir
tahun 2015 lalu, Saya mendapatkan undangan untuk menghadiri
pertemuan di Jakarta. Diakhir acara seorang kawan mengajak ketemuan di Hotel Aston,
jalan rusuna said, namun situasi Kota Jakarta seperti biasa macet yang luar
biasa dan membuatku malas untuk keluar rumah. Kawanku pun menyarankan untuk
naik Gojek, Ojek Online yang lagi marak diperbincangkan publik waktu itu.
Dengan segera kawanku mengambil Hp dan membuka aplikasi untuk memesan Gojek. 15
menit kemudian, Gojek datang dan membunyikan klakson depan rumah, tempatku
menginap.
Saya pun bergegas naik dibelakang sopir gojek,
perjalanan tak terasa hanya 15 menit dari arah ragunan ke jalan rusuna said.
Suasana macet pun dapat dihindari dengan melalui jalur gang-gang di jalan
mampang prapatan. Biaya yang harus dikeluarkan hanya Rp. 15.000, Biaya yang
cukup murah.
Dua
tahun lalu sekitar tahun 2013, saya juga sempat naik ojek pangkalan dari
ragunan ke kantor KPK, yang lokasinya tidak jauh dari Hotel Aston, jalan rusuna
said. Dan biaya yang dikeluarkan Rp. 40.000. Harga sewa ditentukan oleh Sopir
ojek pangkalan dengan tawar menawar waktu itu.
Seandainya
naik taksi pasti biayanya lebih mahal lagi, karena taksi dalam posisi berhenti
ketika macet argo tetap berjalan. Harga yang ditentukan oleh argo mesin. Belum lagi
kalau argo taksi dimainkan oleh para sopir taksi.
Inovasi
aplikasi gojek mengatur peta lokasi konsumen dan sopir gojek dengan menggunakan
google map. Jadi sopir gojek tidak perlu lagi mangkal di pangkalan untuk
menunggu penumpang, melainkan hanya memelototi hpnya untuk menunggu penumpang
memesan kendaraannya.
Selain
itu, Gojek juga mengatur tarif berdasarkan jarak tempuh. Tarif tidak bisa lagi
ditentukan semaunya oleh para tukang ojek seperti sebelumnya ketika di pangkalan.
Tarif gojek dipatok sebesar Rp. 12.000 dengan jarak tempuh 1 km sampai 10 km.
Rp. 15.000 untuk jarak tempuh 10 – 15 km. Diatas 15 km maka akan dikenakan
tarif Rp. 2.000 per kilometer.
Bagaimana
dengan Kota Kendari ?. Menurut salah seorang kawan, Kota Kendari mulai
mengikuti skema Gojek. Seorang mantan staf Gojek Jakarta pulang kampung di
Kendari membuka usaha Gojek. Niat baik itu disambut positif oleh salah seorang
pengusaha dari Buton. Tidak cukup sebulan dari perbincangan awal, akhirnya
diputuskan untuk mendatangkan orang ahli aplikasi dari malang untuk membuat
aplikasi online dengan bayaran mencapai 150 juta sampai 200 juta. Nama organisasinya
pun tidak jauh beda dengan Gojek di Jakarta, Untuk kendari diberi nama Ojek
Kurir atau disingkat JEKUR. Biaya tarif ditetapkan sebesar Rp. 2.000 per kilometer.
Apakah Jekur akan membunuh ojek pangkalan kedepannya ?. Kita tunggu saja
perkembangannya kedepan.
Sistem Transportasi
Amburadul
Kemunculan
Gojek di kota megapolitan Jakarta dan Jekur di kota kecil Kendari tidak lain
karena kegagalan Pemerintah Kota membangun sistem transportasi yang nyaman,
aman dan terjangkau untuk semua warga kota.
Semua
jenis transportasi lumayan lengkap di perkotaan, seperti halnya di Jakarta
mulai dari Kereta Api, Busway, Bus, Metromini, Angkot hingga becak. Namun semua
jenis transportasi yang tersedia tidak menjamin kenyamanan warga dalam
beraktivitas. Kereta api setiap pagi sore atau jam masuk dan pulang kantor
selalu penuh dan penumpang berdesak-desakan sehingga menimbulkan masalah
seperti pelecehan seksual dan lain-lainnya.
Begitupun
dengan Busway, Bus, Metromini dan Angkot sering terjebak dalam macet, sehingga
waktu kadang kebanyakan di jalanan dibandingkan beraktivitas. Karena itu
situasi tidak memungkinkan bagi warga sehingga kendaraan alternatif adalah ojek
yang kemudian berevolusi menjadi Gojek.
Kasus
transportasi di kota kecil Kendari berbeda dengan jakarta, bukan disebabkan
oleh faktor kemacetan, melainkan lebih disebabkan oleh faktor integrasi jalur
transportasi yang tidak berjalan dengan baik. Jalur dengan aspal bagus dan
penuh dengan pemukiman masih banyak tidak dilalui transportasi umum seperti bus
dan pete-pete. Beberapa jalur yang tidak dilalui angkutan umum seperti jalur by
pass, jalur jalan sao-sao, jalur jalan kendari beach dan banyak lagi.
Akhirnya
warga memilih untuk membeli kendaraan pribadi. Kredit motor dan mobil siap
memberikan kemudahan bagi warga dengan sistem cicilan dengan uang muka rendah,
asalkan kendaraan jualan laris manis.
Selain
itu, Warga kota kendari memilih naik ojek yang sekarang berevolusi menjadi Jekur.
Jekur bisa mengirit pengeluaran warga karena tarifnya cukup murah. Dan warga
bisa mengunjungi berbagai tempat dengan biaya murah dibandingkan naik angkutan
umum atau pete-pete sekali naik bayar Rp. 5.000.
Fenomena
transportasi yang berbasis online menjadi alternatif untuk mengatasi kegagalan
sistem transportasi yang dibangun oleh pemerintah kota khususnya di Jakarta dan
Kendari.
No comments:
Post a Comment