Beberapa bulan terakhir kita
dipertontonkan dengan baliho, banner, spanduk dan stiker calon Walikota Kendari.
Dalam ingatanku orang yang pertama mempublikasikan dirinya maju menjadi calon
walikota yakni Ishak Ismail, Spanduk ditebar di tiap gang sesui dengan mottonya
‘Anak Lorongnya Kendari”.
Kedua, Diikuti dengan Abdul
Razak, Ketua DPRD Kota Kendari yang menyatakan diri akan maju melalui jalur PAN
untuk merebut kursi 01 Kota Kendari. Melalui Timnya yang dinamakan GEMPAR Gerakan
Masyarakat Pendukung Abdul Razak menyebarkan baliho dan banner kecil ke tiap
sudut kota dan kampung-kampung.
Ketiga, ADP Adriatma Dwi Putra,
anak Walikota Kendari yang tidak mau kalah dengan menyebarkan spanduk hampir
seluruh wilayah kota kendari. Tim penyebar spanduk ADP dipelopori oleh aparat
pemerintah tingkat bawah seperti Lurah dan Camat.
Selanjutnya diikuti oleh tim
Andi Muzakkir dan Amarullah serta Musaddar Mappasomba. Dua minggu terakhir yang
sangat gencar menyebar baliho, spanduk dan banner adalah Derik, Mohammad Zayat
Kaimoeddin.
Setelah bertahan selama 3
bulan, spanduk anak lorong, ADP dan Abdul Razak mulai berkurang. Mungkin
disebabkan beberapa faktor alam seperti tertiup angin sehingga roboh dan robek
dan seterusnya. Tim sukses yang balihonya telah habis tumbang, kembali muncul
dengan model kampanye baru dengan memasang Stiker di sudut kota.
Titin Saranani yang sangat
aktif di media sosial grup sultra watch mengkritik tindakan pemasangan stiker yang
dilakukan oleh Tim Anak Lorong tanpa minta izin terhadap warga. Berikut
pernyataan Tie Saranani ‘Anak Lorong tolong beritahu tim suksesmu jangan pasang
panace seperti tukang sedot WC, Seperti orang tidak sekolah, Tidak tau aturan
dan merusak keindahan kota. Saya pribadi keberatan dan tolong bersihkan
segera’.
Stiker yang ditempel dekat rumah Tie Saranani. Sumber Facebook Tie Saranani |
Pernyataan Tie Sarani
mendapatkan jempol sebanyak 308 netizen facebook dan 171 komentar netizen.
Sebagian mendukung dan sebagian membela diri dan menyerang calon lain..
Poster Calon Walikota Kendari dipaku di Pohon. Sumber Facebook Kimel |
Calon Walikota Kendari, Sumber Facebook Lakidende Perlente |
Saya
sangat mendukung dengan kritikan Kaka Tie Saranani untuk melawan sampah visual
Calon Walikota Kendari. Namun, Apakah kita hanya berhenti pada kritik semata
?..
Sumber Twitter @StopPakuPohon |
Merusak Pohon sama halnya merusak
kehidupan warga, karena dapat menyebabkan bencana bagi kehidupan manusia
seperti banjir dan sebagainya. Gerakan anak muda kota pada tahun 2013 lalu
merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap pohon dengan mengkampanyekan “jangan
pilih pemaku pohon”.
Begitupun dengan gerakan yang
dibangun Sumbo Tinarbuko, Dosen Desain Komunikasi Institut Seni Yogyakarta.
Sumbo mengamati perkembangan iklan diluar ruangan selama 10 tahun terakhir dan
menyimpulkan bahwa iklan luar ruangan
sudah menjajah ruang publik. Oleh karena itu, Sumbo bersama mahasiswa membentuk
gerakan yang dinamakan ‘Komunitas Reresik Sampah Visual”. Aksi mereka mencabuti
rontek, spanduk, baliho yang diikatkan di Pohon. Iklan-iklan dianggap merusak
pohon. Gerakan inipun berkembang di berbagai kota seperti semarang, malang dan
makassar dan berbagai kota lainnya..
Kunjungi web sampah visual
Nah, Bagaimana dengan sampah
visual di Kota Kendari ?, Apakah Cukup dengan berteriak di Media Sosial ?. Saya
kira tidak.. Netizen yang peduli dengan pohon dan lingkungan kota perlu untuk
terjun langsung di lapangan mengadakan pembersihan sampah visual ini seperti
halnya yang pernah dilakukan anak muda di Yogyakarta dan Makassar. Teror sampah
visual memaksa kita untuk menuruti kemauan mereka padahal ruang publik bebas bukan
hanya untuk para politisi.
No comments:
Post a Comment