Ilustrasi. Sumber http://jhonmiduksitorus.blogspot.co.id |
Demo Jilid III Umat Islam protes kata-kata Ahok
yang mengandung unsur SARA menghebohkan negeri ini. Aksi massa bukan hanya
terjadi di Jakarta tapi juga terjadi di berbagai daerah
Para politisi menanggapinya bahwa itu isu
politisasi, karena dianggap untuk menjatuhkan Ahok sebagai calon Gubernur
Jakarta saat ini. Aksi Umat Islam dicurigai ditumpangi oleh kepentingan politik
yang lebih besar dan sebagainya. Maka muncullah berbagai aksi tandingan untuk
melawan isu tersebut, namun sangat sulit untuk dibendung karena jumlah massa
aksi umat islam mencapai jutaan orang, sedangkan aksi tandingan hanya ratusan
ribu orang.
Kata-kata Ahok yang menyebut surat al maidah demi
memuluskan jalannya dalam menduduki kembali kursi kepemimpinan di Jakarta.
Sayang umat islam yang menonton video itu protes keras, karena sudah dianggap
melecehkan kepercayaan orang lain atau sudah mengandung unsur SARA. Dan otomatis
sudah melanggar hukum di negeri ini.
Isu SARA terlihat juga di akar rumput dalam menghadapi
sosialisasi calon Walikota Kendari. Dari hasil keliling kota kendari beberapa
hari terakhir, saya mencoba untuk bertanya kepada warga soal isu yang dipakai
Calon Walikota untuk merebut suara pemilih.
Jawaban warga sangat mencengangkan, sebagian besar
memilih bukan alasan rasional, melainkan karena faktor agama dan faktor
kesukuan. Apakah karena faktor nonton tv kasus Ahok atau bukan ?, entahlah
Selain itu, menurut informasi seorang kawan
yang terlibat dalam mensukseskan calon Walikota Kendari bahwa, itu kerja-kerja
tim sukses untuk merebut suara di akar rumput. isu se-kampung atau se-suku atau
se-agama memang menjadi salah satu strategi jitu dalam proses pemetaan pemilih.
“Isu SARA di Kota Kendari telah melahirkan bentrokan
atas nama suku beberapa tahun yang lalu. Ironisnya, bibit konflik ini
dipelihara turun temurun oleh tim sukses untuk memenangkan calonnya” lanjut
temanku.
Situasi ini sangat tidak bagus untuk
menciptakan demokrasi yang baik di akar rumput. Karena perspektif dan tingkat
pendidikan akar rumput berbeda-beda. Dalam perkembangannya dapat memunculkan fanatisme
sesat yang ujungnya melahirkan manusia emosional dan tukang rusuh.
Untuk itu dibutuhkan inovasi dan kreatifitas
semua tim sukses untuk menghindari isu suku, sekampung dan seagama dalam
melakukan kampanye di Kota Kendari. Cukuplah Ahok yang kena batunya di Jakarta.
Pengawas Pilkada Kota Kendari harus aktif untuk
mencegah kampanye dengan menggunakan isu SARA. Kalau hal ini dibiarkan berkembang tanpa teguran
sama sekali. maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi konflik horizontal pasca
Pemilih Walikota Kendari kedepan.
Mari bersama-sama selamatkan Kota Kendari dari perpecahan
antara sesama. Warga sudah cukup lama rukun dalam melakukan aktivitas di Kota
Kendari. Jangan gara-gara Pilkada hancur lebur, dan hampir dipastikan sangat
sulit untuk membangunnya kembali.
Kita semua saudara, Satu Indonesia, Bhineka
Tunggal Ika – berbeda tapi tetap satu jua. Stop Bicara SARA dalam mempengaruhi
pemilih di akar rumput. Damai Itu Indah. Siapapun yang menang, itulah Walikota
kita. Bagi yang kalah silahkan menunggu pertarungan 5 tahun mendatang.
No comments:
Post a Comment