Infografis Perseteruan Nur Alam vs Asrun yang berujung di meja makan |
Asrun, Walikota dua periode Kota Kendari pernah melakukan perang terbuka dengan Nur Alam, Gubernur dua periode di Sulawesi Tenggara di media massa. Pemicunya tidak lain karena sering berbeda dukungan dalam pemilihan kepala daerah.
Asrun dan Nur Alam berbeda pilihan dalam pemilihan Kepala Daerah Konawe Selatan pada tahun 2015 lalu. Asrun mendukung Surunuddin sedangkan Nur Alam mendukung Adik kandungnya, Asnawi. Pertarungan dimenangkan kelompok Asrun dan Surunuddin.
Pada pemilihan Walikota Kendari yang dilaksanakan bulan Februari lalu juga berbeda dukungan. Asrun mengusung anak kandungnya, Adriatma Dwi Putra dan Nur Alam mengusung Abdul Rasak sebagai calon Walikota Kendari. Pertarungan keduanya dimenangkan Asrun dan berhasil mendudukkan anak kandungnya menjadi penerus tahta di Kota Kendari. Kemenangan diraih lewat keputusan Mahkamah Konstitusi.
Perang opini yang dikumandangkan keduanya kerap menjadi santapan media massa. Keduanya saling sindir terkait keberhasilan dalam memimpin di Sulawesi Tenggara. Namun perang itu kelihatan cair ketika keduanya dipertemukan dalam acara silaturahmi yang diadakan Gubernur Nur Alam di rumah jabatan (26/06) lalu. Keduanya terlihat tertawa lepas bersama dan memperlihatkan hubungan yang baik-baik saja.
Sekedar infomasi, Walikota Asrun kerap melakukan manuver politik Pasca mendeklarasikan diri maju menjadi Calon Gubernur Sulawesi Tenggara 2018 mendatang. Deklarasi Asrun pada acara buka puasa yang dihadiri SKPD se Kota Kendari, Camat, Lurah dan RT se Kota Kendari di rumah jabatan Walikota (16/6). Contoh manuver yang dilakukan ke Partai Demokrat dan PDIP demi melawan kotak kosong. Tetapi saya tidak akan bahas manuver ke partai politik, melainkan manuver terhadap kelompok Nur Alam.
Dalam pertemuan dengan Gubernur Nur Alam dengan Walikota Asrun, beberapa hal yang perlu menjadi catatan selain kegiatan silaturahmi.
Pertama, Pertemuan itu untuk menunjukkan ke publik bahwa hubungan keduanya baik-baik saja pasca Pilkada Kota Kendari. Mengingat ketegangan keduanya terjadi dalam proses pemilihan Walikota Kendari yang lalu.Catatan terpenting dalam pemilihan Walikota Kendari, Kekuatan dukungan terhadap orang nomor satu kendari itu tidak cukup 30% dari total jumlah wajib pilih di Kota Kendari.
Selain itu publik semakin membenci Kepemimpinan Asrun setelah Abdul Rasak, Calon Walikota dukungan Nur Alam mengumumkan hasil sidang DKPP yang memecat penyelenggara Pilkada Kota Kendari pasca pemilihan. Menurut Rasak "Kemenangan Asrun dan Anaknya dipenuhi kecurangan".
Target adanya perdamaian keduanya yang diperlihatkan ke publik, setidaknya mampu meredam kebencian pendukung Nur Alam dan Abdul Rasak terhadap Asrun khususnya yang berada di Kota Kendari. Dengan begitu dukungan Warga Kota Kendari terhadap Asrun dalam Pemilihan Gubernur akan semakin meningkat dan bisa memperoleh dukungan lebih dari 30% kedepan.
Kedua, Langkah dengan berkoalisi dengan Kelompok Nur Alam. Dalam strategi politik, salah satu langkah yang biasa ditempuh para politisi ulung adalah mencegah lawan politiknya untuk bertarung. Stategi menang sebelum bertarung. Asrun telah membuktikan teknik ini dalam penetapan Calon Walikota Kendari. Abdul Rasak yang juga kader PAN dan Ketua DPRD Kota Kendari dicegah menggunakan jalur Partai PAN dan meloloskan anak kandungnya di Partai PAN menjadi calon Walikota Kendari.
Dalam pertemuan dengan Nur Alam bukan tidak mungkin, salah satu targetnya mengerem keinginan orang terdekat Nur Alam untuk menjadi kandidat calon Gubernur Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 mendatang. Mengingat ada dua orang terdekat Nur Alam yang sedang mempersiapkan diri yakni Lukman Abunawas, Sekda Provinsi Sulawesi Tenggara dan Tina Nur Alam, Anggota DPR RI yang juga Istri Nur Alam. Belum lagi Calon Gubernur yang juga kader PAN, Laode Ida asal Raha. Tetapi hal ini akan terjadi, jika Asrun siap melindungi semua kepentingan bisnis dan politik Nur Alam di Sulawesi Tenggara selama 5 tahun kedepan.
Pernyataan seorang ahli politik bahwa, orang yang tidak mampu mengumandangkan perang terhadap lawan politiknya, tidak lain dipengaruhi oleh kekuatan yang dimilikinya kalah dari semua sisi, dibandingkan lawan politiknya. Karena itu salah satu jalan adalah berkoalisi.
Berkoalisi dengan kelompok Nur Alam menunjukkan kekuatan Asrun yang lemah menuju pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara. "Perang" yang dikumandangkan sebelumnya dibalik menjadi "koalisi" dengan orang nomor satu di Sulawesi Tenggara.
Perlawanan kelompok Nur Alam berkali-kali diperlihatkan oleh Tina yang menyatakan bahwa "Partai PAN belum tentu milik Asrun". Begitupun serangan dari Lukman Abunawas terhadap Asrun. Perlawanan dari kubu Nur Alam memang semakin tinggi dan bisa menggagalkan Asrun menggunakan Partai Amanat Nasional PAN sebagai kendaraan politiknya menjadi kandidat calon gubernur sulawesi Tenggara.
Asrun yang mengklaim dukungan terhadap dirinya kuat di Konawe Raya. Namun, fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar daerah Konawe Raya adalah pendukung kelompok Nur Alam.
Untuk Wilayah Konawe, Asrun mengklaim orang asli Konawe, tetapi Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa, yang juga kader PAN, lebih condong mendukung Kelompok Nur Alam dibandingkan Asrun. Kekuatan Lukman Abunawas, Mantan Bupati Konawe dua periode itu juga masih kuat di Konawe dibandingkan Asrun.
Kemenangan Asrun untuk konawe raya hanya di Kabupaten Konawe Selatan karena dipimpin oleh Surunuddin, yang juga kerabat dekatnya. Pengaruh Imran, mantan bupati dua periode di Konawe Selatan, yang juga Ketua Partai Gerindra Sulawes Tenggara, dan telah menjadi besan Asrun tentunya memberi kekuatan kepada Asrun. Tetapi Nur Alam yang asli Konda tentunya masih mempunyai massa di Konawe Selatan. Mengingat Kakak kandung Nur Alam, Asnawi masih sempat mencalonkan diri sebagai calon Bupati Konawe Selatan tetapi kalah. Oleh karena itu, Asrun mau tidak mau harus mengubah perang urat syaraf dengan melakukan koalisi dengan kelompok Nur Alam.
Ah, kok bicara politik padahal inikan cuman makan-makan dan ajang silaturahmi. Itulah dunia politik, silaturahmi sambil berpolitik. hehehe. Dalam dunia politik tidak ada lawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi.
Semoga perdamaian di atas meja makan antara Nur Alam dan Asrun dapat membawa kesejahteraan bagi Warga Sulawesi Tenggara dan khususnya Kota Kendari. Berkoalisi atau tidak berkoalisi, pertemuan tersebut minimal mampu meningkatkan popularitas dan elektabilitas Asrun khususnya di Kota Kendari, daerah yang dianggap sebagai basis utama pendukung menuju Pemilihan Gubernur. Kalaupun berkoalisi dengan kelompok Nur Alam, kekuatan Asrun akan semakin kuat dalam pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 mendatang..
No comments:
Post a Comment