Penangkapan Anak dan Bapak, Adriatma Dwi Putra ADP, Walikota Kota Kendari dan Asrun, Calon Gubernur Sulawesi Tenggara menyisahkan beberapa masalah di media sosial. Salah satunya serangan dari simpatisan dan tim sukses untuk oknum yang ikut terlibat.
Akun Facebook Isran Saputra Wijaya mengungkapkan di grup FB Sultra Watch bahwa penangkapan ADP dan Asrun merupakan sebuah setingan yang dilakukan Wakil Ketua KPK, Laode Syarif. Mengapa Laode Syarif yang diserang?, karena dianggap orang Sulawesi Tenggara asal Muna yang menjadi dalang dari aksi penangkapan tersebut. Satu hal yang perlu diketahui bahwa perselisihan antara Warga muna dengan Tolaki sudah lama terjadi dan tetap mendarah daging di beberapa kalangan generasi, terutama setiap diadakan kegiatan kontestasi Pilkada. Konflik inipun sempat mengemuka pada pemilihan Walikota Kendari yang diadakan tahun 2017 lalu.
FB Indha juga membagikan posting miring terkait penangkapan ADP dan Asrun. Dia masih menganggap penangkapan keduanya merupakan sebuah permainan politik belaka.
"Sedih melihatnya.. Kalau murni penegakan hukum dapat diterima.. Tapi kalau ini ada permainan politik untuk memenangkan salah satu calon dengan cara-cara dzolim, ini yang tidak baik". Kata Indha dan telah dijempol 385 orang.
Akun FB Akbar pun demikian. Ia mempertanyakan bukti OTT KPK di Kendari. Beberapa media memberitakan bahwa barang bukti KPK hanyalah kwitansi dan kunci mobil tanpa adanya uang tunai. Dalam penjelasan KPK yang diwakili Febriansyah, bahwa barang bukti berupa uang 2,8 milliar dibawa melalui hutan.
Selain itu, pernyataan diatas, terdapat juga pernyataan KPK bahwa uang tersebut sudah dipakai sehingga tidak ada barang bukti berupa uang. Situasi ini yang coba diangkat Akbar melalui akun FB yang diposting di grup Sultra Watch agar dibaca netizen.
Beberapa akun FB melihat penangkapan ADP dan ASRUN atas peran antara Lukman Abunawas, Calon Wakil Gubernur Sultra dengan Laode Syarif. Keduanya dianggap berkonspirasi. Namun, Lukman Abunawas mengungkapkan di media massa bahwa pertemuan keduanya tidak lain, karena dipanggil KPK sebagai saksi dalam kasus korupsi yang menimpa Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam. Posisi Lukman Abunawas pada masa pemerintahan Nur Alam sebagai Sekertaris Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Netizen terutama pendukung Asrun dalam PILGUB menganggap penangkapan ADP - Asrun sebagai settingan lawan politik terutama dari pasangan Calon dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi - Lukman Abunawas.
Dibalik serangan terhadap KPK dan lawan politik Asrun. Akun FB Anton Sulawesi mencoba membalik situasi di grup sultra watch dengan mengatakan :
"haha. lucu. biar salah tetap didukung. KPK tidak bakalan salah tangkap demi nama baiknya. Ciri-ciri umat akhir zaman. Sebuah kesalahan dianggap sebuah kebenaran", Kata Anton Sulawesi.
Dalam pernyataan Anton, beberapa netizen ikut berkomentar, salah satunya akun FB Abdi Dillah "KPK juga manusia dan bukan malaikat".
Anton pun menjawab "Ini berbicara konteks keduniaan bukan akhirat. Jadi jangan bawa-bawa malaikat dalam persoalan seperti ini"
"Jangan kaitkan antara PILKADA dan penegakan supremasi hukum. Siapapun dia, entah nomor 1, 2, dan 3 kalau salah tetap salah, kenapa harus membela yang salah.. Sebuah penangkapan itu butuh pendalaman, pengintaian, serta menurunkan tim intelegen dan sudah pasti menjadi target, apalagi target KPK mengincar pemerintahan Dinasti". tutup Anton dalam diskusi di Sultra Watch
Apapun yang terjadi, Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi KPK harus diberi kepercayaan untuk mengungkap semuanya. Kecurigaan, kecurigaan terhadap KPK dan lawan politik harus ditiadakan untuk sementara, sambil menunggu sidang pengadilan terkait kasus OTT ADP dan Asrun. Kalau tidak terbukti melakukan kegiatan transaksional dengan pengusaha, saya kira semuanya akan dibebaskan kedepan.
Mari kita doakan Bapak Asrun dan Adriatma Dwi Putra ADP agar diberi kesehatan dan pikiran yang sehat untuk berpikir jernih dalam menjalani sidang agar terbebas dari tuduhan KPK.
No comments:
Post a Comment