Beberapa hari terakhir, kita dihebohkan dengan berita impor beras yang akan dilakukan Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, sebanyak 500.000 ribu ton. Impor dianggap mendesak untuk menjaga kestabilan harga di pasaran yang mulai merangkak naik Rp. 2000 per Kg.
Namun, dibalik itu tidak sedikit warga sampai politisi yang memprotes kebijakan tersebut, karena dianggap akan mematikan produksi petani lokal dan menguntungkan para kartel pangan.
Beberapa hari terakhir juga, kita dihebohkan dengan gerakan warga berbagai negara yang mengakibatkan kerusuhan. Penyebabnya tidak lain, krisis pangan seperti yang terjadi di Venezuela, Iran dan Tunisia.
Venezuela dan Iran yang terkenal sebagai penghasil minyak terbesar di dunia, ternyata mampu tumbang dan mengalami krisis pangan. Warga mulai menjarah toko-toko diberbagai kota di Venezuela. Begitupun di Iran, Warga turun ke jalan disebabkan harga sembako yang naik.
Kita kemungkinan mengalami ketakutan itu, terjadi kenaikan harga pangan di tahun politik yang berpotensi menimbulkan kekacauan dalam negeri.
Selain dari krisis pangan, Bulan oktober 2017 lalu, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengidentifikasi pangan jajanan anak banyak tidak higienis di Kota Kendari. Jajanan anak banyak mengandung zat pewarna dll (lenterasultra.com). Makanan yang tidak sehat itu biasa disebut Junk Food atau makanan sampah.
Pemerintah Kota Kendari dalam hal ini Wakil Walikota Kendari, Sulkarnain Kadir menyatakan di media radar investigasi bahwa mendukung hadirnya program dalam mengatur jajanan sehat yang di komsumsi anak-anak sekolah di Kota Kendari.
Jadi, persoalan pangan bukan hanya berbicara pangan yang bergizi tapi krisis pangan yang mengancam anak-anak di Kendari.
Belajar Dari Pengalaman
Salah satu kelompok yang berusaha mengatasi krisis pangan dan makanan higienis dan bergizi untuk anak dilakukan oleh London Food Bank.
Menurut Koordinator Food Bank London, Mary Ann McDowell, Harga makanan semakin hari semakin tinggi dan tidak terjangkau disana, bahkan diperkirakan akan meningkat sampai 1-3 persen pada tahun 2018 mendatang.
Komunitas Food Bank London telah melayani hampir 3.500 rumah tangga perbulan. Dengan cara mengidentifikasi setiap anggota keluarga yang kurang mampu dan berpenghasilan rendah danlalu diberi makanan gratis yang sehat.
Hal yang sama dilakukan sosiolog asal Filipina Maria Fides F. Bagasao sesui dengan liputan media rappler. Dia melihat negaranya selalu dihantam bencana Topan Yulanda dan ribuan warga terancam kelaparan.
Fides belajar dari bank makanan di Korea Selatan. Dimana bank makanan untuk warga yang kurang beruntung dijaringkan dengan restoran, toko bahan makanan, toko serba ada, dan pihak swasta yang dianggap mampu mengatasi kelaparan warga.
Bank makanan yang didirikan berbasis masyarakat. menjalankan operasi sehari-hari. Selain memastikan pasokan terpenuhi, sistem juga memastikan makanan yang didistribusikan bersih dan bergizi.
Bank makanan berbasis masyarakat tidak melakukan apa-apa selain menyumbangkan waktu, usaha, tenaga kerja, makanan, dan uang tunai dari sukarelawan, penyelenggara komunitas, dan sektor swasta.
Kemudian, di tengah Krisis Keuangan Asia, pemerintah Korea Selatan mulai mendukung, mendanai, dan berpartisipasi dalam sistem makanan bank.
Penerima manfaat termasuk anak yatim piatu, penyandang cacat (penyandang cacat), orang tua, tunawisma, pengangguran, dan korban bencana alam.
Menurut Fides, Saat ini, ada lebih dari 400 bank makanan di seluruh Korea Selatan yang didukung oleh anggaran belanja pemerintah setempat.
Hal itulah yang mendorong Fides untuk mendirikan sebuah bank makanan di Filipina, yang dinamakan DSWD The Department Of Social Welfare And Development. Dengan Visi memiliki bank makanan yang dikelola masyarakat dengan kemitraan yang diperkuat dengan organisasi masyarakat, keluarga, donor swasta, dan relawan masyarakat berbasis masyarakat.
Komunitas di Indonesia
Sebenarnya saya pernah melihat aksi anak muda dalam melakukan kegiatan berbagi makanan di media sosial. Nama lembaganya berbagi nasi. bahkan kalau tidak salah banyak juga anak-anak Kendari yang tergabung dengan lembaga tersebut. Tapi entah, sistematis seperti yang terjadi di London, Filipina dan Korea Selatan.
Di Jakarta, kelompok yang biasa menginisiasi kegiatan berbagai makanan ketika terjadi bencana alam banjir dipelopori oleh anak muda kelas tengah yang biasa menamakan diri "ODOSMOV". Model mereka tidak jauh berbeda dengan berbagi nasi, dengan mengharapkan sumbangan donor orang-perorang untuk disumbangkan ke warga yang membutuhkan.
Kembali ke Kebijakan Pemerintah Kota Kendari terkait pengawasan jajanan sehat. Saya kira anak tidak hanya butuh jajanan sehat tetapi juga penting untuk menciptakan ketahanan pangan untuk semua, mengingat kita terus diintai dengan krisis pangan.
Model yang ditawarkan Food Bank berbasis komunitas di London, Korea Selatan, Filipina danatau yang dilakukan anak-anak Indonesia seperti berbagai nasi dan odosmov bisa dikembangkan dengan cara sistematis dan bersifat jangka panjang di Kota Kendari.
Mari sediakan generasi penerus dan warga yang kurang beruntung pangan yang sehat...
Sumber Data
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3812672/cerita-di-balik-keputusan-pemerintah-impor-beras-500000-ton
https://www.rappler.com/move-ph/issues/hunger/48031-lessons-south-korea-food-banks
https://www.westerngazette.ca/news/more-students-accessing-the-london-food-bank/article_b97b514e-f5dd-11e7-bc1d-63abff1ffeec.html
https://sekilaskendari.blogspot.co.id/2017/12/jangan-buang-makananmu.html
https://sekilaskendari.blogspot.co.id/2018/01/kegagalan-mengelola-ekonomi-kembali.html
https://sekilaskendari.blogspot.co.id/2018/01/penyebab-kenaikan-harga-minyak-tahun.html
https://sekilaskendari.blogspot.co.id/2018/01/penyebab-demonstrasi-bentrokan-di-iran.html
https://odosmov.wordpress.com/
http://www.berbaginasi.com/
No comments:
Post a Comment